World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia
Program Papua mengklaim bumi cenderawasih masih memiliki tutupan hutan luas
yang dapat berkontribusi aktif terhadap peningkatkan emisi CO2, khususnya yang berasal dari perubahan tutupan
lahan (land use change).
Tak sampai disitu, Direktur WWF Indonesia Program Papua,
Benja Victor Mambai menyebut Provinsi Papua dengan luas 31.406.664 hektar,
merupakan salah satu provinsi yang memiliki tutupan hutan alam luas di antara
anggota Governor Climate Forum (GCF).
“Intinya kalau kita lihat perubahan penggunaan lahan hingga
kini masih menjadi penyebab emisi CO2 terbanyak, termasuk di Bumi Cenderawasih.”
“Maanya, sektor berbasis lahan telah ditetapkan sebagai
prioritas untuk memenuhi target pengurangan emosi emisi nasional,” ucap ia di
Jayapura, dalam rilisnya kemarin.
Masih dikatakan, Provinsi Papua saat ini menghadapi banyak
tantangan dalam tata kelola hutan, termasuk deforestasi dan degradasi hutan
akibat pembalakan liar. Sehingga upaya pembangunan rendah emisi diharapkan
mampu menjawab tantangan tersebut.
“Makanya kemarin Komisi Daerah (KOMDA) Perubahan Iklim dan
Pembangunan Berkelanjutan (PIPB) Provinsi Papua bermitra dengan WWF Indonesia,
sepakat bahwa dua Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di wilayahnya akan menjadi
proyek percontohan persiapan untuk pembangunan yurisdiksi rendah karbon (emisi)
yakni Biak Numfor-Supiori dan Yapen.”
“Program ini dinilai bisa sekaligus memberi ruang dalam
mengakomodir nilai-nilai budaya orang Papua dengan mempertimbangkan karakteristik
lahan, tipe dan fungsi hutan.”
“Selain itu, kondisi daerah aliran sungai, sosial, budaya
dan ekonomi serta lembaga adat, termasuk hukum adat serta batas wilayah adat
juga menjadi pertimbangan karakteristik,” tuntasnya.