Pasangan calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan calon wakil presiden Jusuf Kalla sudah membagi-bagi tugas untuk memenangkan pemilihan presiden pada 5 Juli 2004 nanti. Pembicaraan tentang hal itu sudah dilakukan ketika keduanya bertemu, Senin (19/4).
Hal tersebut dikemukakan Jusuf Kalla kepada wartawan saat berpamitan di Kantor Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra), Selasa (20/4).
Namun, Kalla tidak menyebutkan dimana pertemuan dia dengan SBY berlangsung. "Kami sudah bicara bagaimana membagi tugas untuk memenangkan pemilu presiden nanti. Langkah-langkah lebih lanjut akan diatur kemudian," kata Kalla sambil mengungkapkan bahwa pertemuan itu berlangsung usai dia bertemu Presiden Megawati Soekarnoputri di Istana Negara, Senin.
Dikatakan, dengan adanya pertemuan tersebut maka pasangan capres dan cawapres ini sudah dapat dipastikan akan maju terus. Pengumuman resminya baru akan disampaikan ke publik pada akhir April 2004 atau sekitar tanggal 25 April.
Kalla menjelaskan, dalam pertemuan itu dia dan SBY juga membicarakan bagaimana rencana ke depan terutama dalam membuat bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Menurut Kalla, SBY memiliki kemampuan untuk membuat Indonesia lebih baik.
"Kami berbicara bagaimana agar bangsa ini mempunyai visi ke depan dan mampu menyelesaikan setiap permasalahan bangsa. SBY saya lihat mampu untuk itu," kata Kalla.
Mengenai pencalonannya itu, Kalla menegaskan bahwa tidak ada kaitannya dengan partai Golkar. Sebab dia dan SBY maju sebagai pasangan pemimpin bangsa karena memikirkan masa depan lebih 150 juta penduduk Indonesia. "Saya bicara tentang ratusan juta rakyat Indonesia, jadi tidak lagi bicara soal partai," katanya.
Mengenai anggapan orang bahwa pencalonan dia sebagai wapres pasangan SBY merupakan strategi partai Golkar, Kalla membantahnya. Apalagi, katanya, persoalan pencalonannya itu tidak pernah dibicarakan dengan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung.
Sementara itu, Akbar Tandjung berpeluang besar terpilih sebagai calon presiden dari Partai Golkar. Menurut kabar yang beredar, Akbar berupaya menggandeng Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto untuk mendampinginya dalam pemilu 5 Juli mendatang. Hal ini juga dibenarkan oleh Akbar. Dia menyatakan, Endriartono merupakan salah satu cawapres yang sudah dipikirkannya. Tetapi, Endriartono sendiri dikabarkan menolak menjadi cawapres dari calon presiden manapun.
Dari kubu PDI-P Perjuangan, sampai saat ini Megawati Soekarnoputri belum menentukan figur yang akan mendampinginya sebagai cawapres. Ada dua nama yang santer disebut bakal menjadi cawapres, yakni Hamzah Haz dan Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar.
Sedangkan dari kubu Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais masih belum bisa menentukan siapa yang akan mendampinginya sebagai cawapres. Ada tiga tokoh yang sedang didekati untuk menjadi cawapres dan mereka memiliki latar belakang militer dan tokoh nasionalis.
Sejumlah sumber Pembaruan menyatakan Amien Rais akan mengumumkan pendampingnya pada Kamis (22/4).