Pemerintah Provinsi Papua mengajak media massa
di Bumi Cenderawasih agar tak berat sebelah dalam menyajikan berita. Hal
demikian untuk mengindari potensi pertikaian antar golongan dan agama yang
baru-baru ini mengemuka.
“Menurut saya kehadiran media bisa memberi
dampak positif dan negatif. Namun kita harus melihat dampak negatif kemarin
dalam penggunaan media online yang tidak tepat seperti kasus Ahok, karena
disajikan sepenggal-sepenggalâ€.
“Makanya saya harap media mampu memberikan
informasi yang berimbang. Sehingga potensi pertikaian dan konflik bisa
dihindari,†terang Staf Ahli Gubernur Papua Rosina Upessy dalam satu
kesempatan, kemarin.
Dikatakan Rosina, selama kurang lebih tiga
tahun kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur, telah banyak program pemerintah
yang sudah direalisasikan dan sangat dirasakan oleh masyarakat hingga tingkat
bawah sekalipun.
“Karena itu, saya minta kepada media masa baik
elektronik, cetak maupun online yang ada di Papua untuk ikut mendukung
pemerintah dengan menyampaikan informasi pembangunanâ€.
“Terutama keberhasilan yang sudah dicapai,
supaya bisa sama-sama ikut membangun tanah ini menjadi lebih baik sesuai dengan
visi Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera,†tutur dia.
Ditambahkan dia, Provinsi Papua pada 2020 akan
menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) ke 20. Karena itu, pihaknya
meminta pemerintah dan masyarakat termasuk media massa untuk ikut memberikan
dukungan penuh agar pagelaran empat tahunan tersebut bisa terlaksana di Bumi
Cenderawasih.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Papua minta
masyarakat tak berbicara masalah agama di media sosial (medsos), supaya tak
sampai menyakiti pihak tertentu karena berpotensi menyebabkan keresahan maupun
konflik.
Hal demikian disampaikan Wagub Klemen Tinal di
Jayapura, menanggapi pertanyaan wartawan seputar isu-isu provokasi seputar SARA
yang belakangan ramai di media sosial.
"Bicara soal agama itu sangat sensitif
karena urusan pribadi seseorang dengan Tuhannya. Makanya saya minta tak
berbicara soal agama baik di depan publik maupun di medsos," ujarnya.
Klemen juga mengatakan, Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) bukan merupakpan negara agama. Sehingga jika ada
seseorang yang berbicara soal agama, masyarakat diminta untuk tak ikut-ikutan
memberi komentar.
“Kalau bisa jangan tulis-tulis sesuatu di
media sosial. Tapi memang biasanya masyarakat ada yang jika tidak menulis
status di medsos, merasa seperti ada yang kurang dalam hidupnyaâ€.
"Mesi begitu, saya tidak melarang masyarakat
untuk tidak gunakan medsos. Hanya kalau bisa jangan gunakan medsos untuk
menulis sesuatu yang menimbulkan konflik. Sebab saya sendiri bersyukur internet
di Papua sementara terganggu sehingga masyarakat tidak sibuk dengan media
sosial dan mengurusi masalah agama," selorohnya.