Pemerintah Provinsi Papua menyatakan sikap
resmi menolak kehadiran kelompok maupun organisasi kemasyarakatan (Ormas)
radikal islam, seperti Forum Pembela Islam (FPI) maupun Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI).
Kelompok maupun organisasi islam tersebut
dinilai berpotensi tinggi menimbulkan konflik suku, agama, ras dan antar
golongan (SARA) di Bumi Cenderawasih.
Penolakan ini langsung disampaikan Gubernur
Papua Lukas Enembe dalam acara ramah tamah bersama Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) di kediaman Pdt. Lipiyus Biniluk, Sentani Kabupaten Jayapura,
Sabtu akhir pekan kemarin.
Penegasan Lukas pun bukan tanpa alasan. Ia
khawatir kejadian yang terjadi di Pilkada Jakarta, merembes hingga ke Papua,
bila dua kelompok radikal itu dibiarkan berkembang bebas di tanah ini.
“Makanya kami kita semua harus sepakat tolak
keberadaan FPI dan HTI”.
“Papua sejak dahulu sudah damai bahkan
kerukunan antar suku dan agama terpelihara dengan baik. Oleh sebab itu, kita
harus sepakat jangan ada organisasi seperti ini hadir di Papua,” terang dia.
Lukas pada kesempatan itu, juga meminta Forum
Komunikasi Umat Beragama Papua dapat menyatukan langkah bersama Pemerintah dan
TNI/Polri, untuk duduk bersama mendiskusikan penolakan terhadap organisasi
radikal tersebut.
"Karena itu, saya nilai kita perlu segera
ambil langkah-langkah pencegahan. Mengapa, karena situasi seperti ini tidak
boleh dibiarkan, bisa sangat berbahaya dan mengancam keutuhan masyarakat”.
“Apalagi Papua memiliki sejarah dan gejolak antara
kelompok yang pro kemerdekaan dan pro NKRI. Sehingga bila ada kelompok macam ini
lagi, nantinya akan berbahaya. Sehingga masyarakat tak berdosa pun yang bakal
menjadi korban," kata dia.
Ketua FKUB Papua, Pdt. Lipiyus Biniluk senada
dengan Gubernur Papua. Menurut dia, eksistensi dna keberadaan kelompok radikal islam
di Papua, mesti secepatnya diputus.
“Didalam agama kristen mengajarkan kita untuk
saling menghormati antara satu dengan agama lainnya. Kita pun berharap agama
lain tidak mengganggu kami”.
“Karena itu, FKUB pun menyerukan agar kita semua berdoa
supaya Indonesia mampu menghadapi radikalisme sehingga tak ada konflik dalam
proses penanganannya. Termasuk di Papua, mari kita tangani kelompok radikal
dengan profesional supaya tidak ada konflik,” tuntasnya.