"Tingkat penyebaran flu burung di Papua, ditengarai masih sebatas pada antar hewan unggas namun hal demikian perlu menjadi perhatian bagi semua pihak tak terkecuali Pemerintah tetapi juga masyarakat. Sebelumnya pihak Pemerintah telah memberikan jaminan bahwa untuk setiap daging ayam yang dimasak dengan minyak goreng pada suhu diatas 80 derajat celcius, telah steril dan terbebas dari ancaman virus flu burung. Karena menurut penelitian, virus ini akan mati dalam 5 menit pada suhu 80 derajat celcius. Apalagi bila dimasak dengan minyak goreng atau direbus dalam air yang suhunya bisa mencapai 100 derajat celcius. Walaupun telah ada garansi seperti itu dan virus flu burung belum memakan korban jiwa, Pemerintah Provinsi Papua tetap menghimbau masyarakat untuk mewaspadai penyebaran virus flu burung.
“Memang belum ada korban jiwa dan masih sebatas pada unggas. Tapi kita tetap menghimbau masyarakat untuk berhati-hati terhadap penyebaran virus flu burung. Karena virus mematikan ini bisa mengancam siapa saja,” kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi Papua, Didik Radjasa, Selasa (20/11) kemarin di Aula Kantor BPDE Papua. Menurut Didik, salah satu upaya pencegahannya, yakni dengan membersihkan kotoran-kotoran unggas dengan menyiramkan cairan disinfectant, guna menetralisir tingkat penyebaran virus mematikan tersebut. Selain itu, pihaknya juga tetap akan melakukan pemantauan terhadap unggas-unggas liar maupun yang dipelihara oleh masyarakat. “Karena kita juga mewaspadai unggas-unggas liar dari luar yang bermigrasi dari daerah lain. Ini bisa saja terjadi dan bisa mengancam kita semua,” katanya.
Akan tetapi yang menjadi pertanyaan Didik, selama ini yang menjadi korban virus flu burung diluar Pulau Papua, sebagian besarnya terkena kepada orang yang sama sekali tidak pernah bersinggungan dengan unggas. Sedangkan masyarakat yang notabene memelihara ayam atau unggas lainnya, tidak terkena virus mematikan ini. “Jadi kalau kita melihat ini ada hubungannya dengan claster atau DNA/RNA dalam darah yang sama antara unggas yang terkena flu burung dengan manusia. Virus ini kemungkinan terhirup oleh si korban sehingga langsung terjadi reaksi karena clasternya sama” katanya. “Kalau Ini menular kepada siapa saja, seharusnya kita yang selama ini selalu berhubungan dengan virus flu burung juga terkena dong. Tapi nyatanya sampai sekarang belum ada dokter hewan yang terkena flu burung kan. Dan ini saya pikir sudah merupakan rahasia Tuhan,” tuturnya.
Namun demikian, dalam kesempatan tersebut, Didik kembali menghimbau masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hati terhadap penyebaran virus mematikan ini. Karena walaupun belum ada manusia yang terjangkit virus flu burung di Papua, Ia menegaskan bahwa kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi. “Karena kalau claster virus flu burung dengan manusia yang terhirup virus flu burung melalui udara itu sama, ya kemungkinan itu bisa terjadi,” cetusnya.