"Berdasarkan pemantauan harga beragam komoditas barang dan jasa di pedesaan, Nilai Tukar Petani (NTP) Papua pada bulan Maret 2009 adalah 101,50 atau turun 0,84 persen dibandingkan nilainya pada Februari 2009 yang tercatat sebesar 102,36. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua, Ir. JA. Djarot Soetanto, MM penurunan NTP tersebut merupakan akibat dari turunnya indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,43 persen dan ditambah dengan naiknya indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,41 persen.
“Sehingga dapat dikatakan dengan turunnya NTP berarti tingkat kesejahteraan petani pada Maret 2009 sedikit lebih rendah dibandingkan tingkat kesejahteraan petani pada bulan sebelumnya,” kata Djarot saat memberikan keterangan kemarin, di Sasana Gamma Kantor Gubernur Dok II Jayapura .
Menurut dia, kelima subsektor pertanian di Papua mengalami penurunan NTP pada bulan Maret 2009, sehingga mendorong turunnya NTP Papua secara keseluruhan. Sementara penurunan NTP terendah sebesar 0,16 persen terjadi pada subsektor peternakan sedangkan penurunan NTP tertinggi sebesar 1,48 persen terjadi pada subsektor Tanaman Pangan.
Sementara menyinggung terkait inflasi/deflasi diwilayah pedesaan, tambah Djarot, maka dapat dilihat dari kenaikan/penurunan indeks harga konsumsi rumah tangga. Diwilayah pedesaan Papua pada Maret 2009 terjadi inflasi sebesar 0,38 persen. Sedangkan inflasi pedesaan tersebut terjadi akibat kenaikan 5 (lima) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok Bahan Makanan (0,61%), Makanan Jadi (0,67%), Perumahan (0,05%), Kesehatan (0,44%), serta kelompok Pendidikan, Rekreasi, & Olah Raga (2,32%). “Namun inflasi pedesaan pada Maret 2009 menjadi tidak terlalu tinggi karena adanya penurunan indeks harga dua kelompok pengeluaran lainnya, yaitu Sandang (-0,97%) dan Transportasi & Komunikasi (-1,84%),” terangnya.