"Pada triwulan I Tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mencatat nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh aktivitas ekonomi di Papua adalah sebesar Rp. 15,60 trilliun. Menurut Kepala BPS Papua, Ir. JA. Djarot Soetanto, MM nilai ini meningkat 16,94 persen dibanding triwulan IV Tahun 2008, yang hanya mencapai Rp. 13,34 trilliun. “Sementara jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008, PDRB triwulan I 2009 ini juga meningkat sebesar 19,47 persen, â€Âkata Djarot saat memberikan keterangan kepada pers dalam satu kesempatan, pekan kemarin.
Dikatakan, pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan I 2009 ini, sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh sebesar 2,54 persen, karena meningkatnya produksi serta harga komoditas tersebut. Selain itu, dengan peranan yang diberikan terhadap pembentukan PDRB Papua hingga 53,59 persen, maka sektor ini sangat dominan dalam menggerakkan laju pertumbuhan. Sedangkan pertumbuhan tertinggi pertama adalah sektor pertanian sebesar 8,35 persen yang disebabkan karena pengaruh musim panen, khususnya subsektor tanaman bahan makanan yang mampu tumbuh 19,14 persen.
Sementara itu, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang pada akhir triwulan 2008 mampu tumbuh 39,02 persen. Pada triwulan I 2009 ini, hanya tumbuh negatif 10,77 persen karena menurunnya jasa perbankan pada awal tahun 2009. Lanjut Djarot, jika nilai tambah dari konsentrat tembaga dieliminir, maka aktivitas perekonomian Papua tumbuh 1,48 persen di triwulan I 2009 atau melambat dari triwulan IV 2008 yang tumbuh 2,06 persen. “Tetapi lebih tinggi dari triwulan III 2008 yang hanya tumbuh 0,21 persen. Fenomena ini tidak jauh berbeda pada pertumbuhan ekonomi antar tahun dimana pada triwulan I 2009 melaju 9,92 persen lebih rendah dari triwulan IV 2008 tetapi sedikit lebih tinggi dari triwulan III 2008 yang tumbuh 8,47 persen, â€Âjelasnya.
Dikatakan Djarot, nilai PDRB tanpa sub sektor pertambangan dan migas (tambang konsentrat tembaga) triwulan I 2009 menjadi 6,26 trilliun rupiah meningkat 4,55 persen dari triwulan IV 2008. Sebaran kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB terlihat lebih merata karena sektor pertanian masih merupakan kontributor tertinggi dimana di triwulan I 2009 berperan sebesar 28,19 persen terhadap PDRB Papua, diikuti sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel & restoran, sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan dan komunikasi yang masing-masing berkontribusi antara 12 hingga 19 persen terhadap total PDRB Papua triwulan I 2009. Sedangkan kontribusi terendah diberikan oleh sektor listrik dan air bersih sebesar 0,43 persen, yang dimungkinkan karena pelayanan yang dilakukan sektor ini hanya terbatas pada sebaian penduduk wilayah perkotaan saja.
Ia mengatakan, jika ditinjau dari sisi permintaan, PDRB Provinsi Papua dipengaruhi oleh beberapa komponen permintaan, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal, perubahan stok dan ekspor netto. Nilai konsumsi rumah tangga triwulan I 2009 sebesar Rp. 8,22 trilliun atau meningkat 1,88 persen dari triwulan sebelumnya. Sehingga secara riil (berdasarkan PDRB harga konstan), pada triwulan I 2009 komponen ini tumbuh 0,56 persen dari triwulan IV 2008 dan 12,76 persen dari triwulan yang sama tahun 2008. Sementara dibanding komponen lainnya, persentase penggunaan produk barang dan jasa di Papua oleh konsumsi rumah tangga sebesar 52,70 persen berkurang dibanding triwulan IV 2008 yang sebesar 60,49 persen. Sedangkan pengeluaran dari konsumsi pemerintah yang bernilai Rp. 3,33 trilliun di triwulan I 2009 saat ini, menurun negatif 6,25 persen dari triwulan sebelumnya dan mengalami pertumbuhan riil q to q yang juga menurun menjadi negatif 7,82 persen. Sementara itu, dibanding triwulan I tahun 2008 (y on y), komponen ini tumbuh 20,41 persen.