"Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Papua pada bulan Agustus 2009 sebesar 100,31 atau turun 0,93 persen dibanding NTP bulan sebelumnya yang tercatat mencapai 101,14. Sebagaimana dicatat Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua, penurunan tersebut dipicu oleh turunnya indeks harga diterima petani (It) 0,14 persen serta adanya kenaikan indeks harga dibayar petani (Ib) sebesar 0,79 persen.
Menurut Kepala BPS Provinsi Papua, Ir, JA. Djarot Soetanto, MM, meskipun NTP Papua mengalami penurunan, namun karena nilainya masih berada diatas 100 berarti secara umum petani masih relatif sejahtera. “Sebab produksinya masih lebih besar dari harga konsumsinya,†kata Djarot, saat memberikan keterangan dalam satu kesempatan, belum lama ini. Lanjut Djarot, subsektor perikanan merupakan satu-satunya yang mengalami kenaikan pada bulan Agustus 2009 sebesar 0,42 persen. Sedangkan NTP keempat subsektor lainnya, justeru mengalami penurunan. Penurunan tertinggi terjadi pada subsektor Holtikultura sebesa 3,26 persen dan yang terendah pada subsektor tanaman pangan yang turun 0,04 persen. “Meskipun subsektor Holtikultura mengalami penurunan NTP yang paling besar, namun NTP subsektor tersebut masih menjadi yang teringgi dengan kisaran nilai diatas 110,†kata dia.
Pada kesempatan tersebut, Djarot mengemukakan bahwa diwilayah pedesaan Papua, pada bulan Agustus 2009 lalu, terjadi inflasi sebesar 0,96 persen. Inflasi pedesaan terjadi akibat kenaikan indeks harga ketujuh kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga. Kenaikan yang cukup tinggi, terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,79 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi, & olahraga sebesar 1,09 persen. Sementara kenaikan yang terkecil, terdapat pada kelompok makanan jadi sebesar 0.01 persen. Ditambahkan Djarot Soetanto, secara umum pada bulan Agustus lalu, seluruh provinsi (kecuali DKI Jakarta) mengalami inflasi pedesaan. Inflasi pedesaan tertinggi di Provinsi Papua Barat sebesar 1,78 persen. Sedangkan inflasi pedesaan terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara yang hanya sebesar 0,01 persen. Inflasi pedesaan Papua menempati urutan ke-5 tertinggi setelah Papua Barat, NAD, Bangka Belitung dan NTT.