"Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Papua pada bulan Oktober 2009 mengalami kenaikan 0,17 persen dibandingkan NTP bulan sebelumnya, yakni dari 101,06 menjadi 101,23. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Papua, Ir. JA. Djarot Soetanto, MM kenaikan indeks harga diterima petani (It) 0,25 persen yang lebih tinggi dari kenaikan indeks harga dibayar petani (Ib) yang hanya naik 0,08 persen, merupakan penyebab naiknya NTP Papua pada Oktober 2009. Hal tersebut sebagaimana dikatakan Djarot Soetanto, saat memberikan keterangan, pekan kemarin.
Secara umum dia mengatakan berbeda dengan NTP Papua, untuk NTP tingkat Nasional adalah sebesar 100,79 atau turun 0,11 persen dibandingkan NTP Nasional bulan sebelumnya yang tercatat mencapai 100,90. Penurunan tersebut, terjadi akibat adanya kenaikan indeks harga dibayar petani (Ib) 0,34 persen yang lebih tinggi dari kenaikan indeks harga diterima petani (It) yang hanya naik 0,23 persen. “Jadi, pada bulan Oktober 2009 BPS mencatat NTP di Papua mengalami kenaikan, berbeda dengan Nasional yang justru mengalami penurunan karena naiknya indeks harga dibayar petani yang lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang diterima petani,†kata Djarot.
Sementara menghitung NTP Papua pada subsektor Tanaman Pangan di bulan yang sama, lanjut dia, BPS mencatat sebesar 100,82, sementara NTP untuk subsektor Hortikultura sebesar 119,20; NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 87,76; NTP subsektor Peternakan sebesar 99,57; dan NTP subsektor Perikanan sebesar 85,78. Hal demikian mempengaruhi wilayah pedesaan Papua sehingga terjadi inflasi sebesar 0,06 persen pada Oktober 2009 akibat adanya kenaikan indeks harga 5 kelompok pengeluaran yang berkisar antara 0,18 persen hingga 0,63 persen. Untuk diketahui, secara nasional, sebanyak 22 provinsi mengalami inflasi pedesaan dimana inflasi pedesaan tertinggi pada Oktober 2009 terjadi di Provinsi Bali yaitu sebesar 1,32 persen. Sedangkan 10 Provinsi lainnya mengalami deflasi pedesaan dimana deflasi pedesaan tertinggi dialami Provinsi Papua Barat yaitu sebesar 0,63 persen.