"Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua, Ir. JA. Djarot Soetanto,MM mengatakan pada bulan Desember 2009, Nilai Tukar Petani (NTP) Papua mengalami kenaikan 0,14 persen dibandingkan NTP bulan sebelumnya, yaitu dari 102,22 menjadi 102,36. Kenaikan tersebut dipicu oleh naiknya indeks harga diterima petani sebesar 0,63 persen yang lebih tinggi dari naiknya indeks harga dibayar petani yang naik 0,48 persen. Hal demikian sebagaimana dikemukakan Djarot Soetanto, saat memberikan keterangan, baru-baru ini. Menurut dia, dari 5 subsektor pertanian, sebanyak 3 subsektor diantaranya (Tanaman Pangan, Tanaman Perkebunan Rakyat, dan Peternakan) mengalami kenaikan NTP yang berkisar antara 0,22 persen hingga 1,13 persen. Sementara NTP 2 subsektor lainnya, Hortikultura dan Perikanan, turun masing-masing sebesar 0,44 persen dan 0,36 persen. Meskipun terjadi penurunan NTP pada 2 subsektor, lanjutnya, kenaikan NTP yang lebih tinggi pada 3 subsektor lainnya mampu mendorong kenaikan NTP gabungan Desember 2009. Sehingga naiknya NTP secara umum ini, mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani Papua pada Desember 2009 lebih baik dari tingkat kesejahteraan petani bulan sebelumnya.
Ditambahkan, pada Desember 2009 Provinsi Papua mengalami di wilayah pedesaan Papua terjadi inflasi sebesar 0,67 persen pada Desember 2009. Inflasi tersebut terjadi akibat adanya kenaikan pada ketujuh kelompok pengeluaran, terutama pada kelompok Bahan Makanan dan Makanan Jadi yang mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,90 persen dan 0,86 persen. Inflasi pedesaan tertinggi pada Desember 2009 terjadi di Provinsi Maluku dan Jawa Timur yaitu sebesar 1,16 persen. Sedangkan deflasi pedesaan terbesar terjadi di Provinsi Gorontalo yang tercatat sebesar 0,87 persen. Sulawesi Utara merupakan satu-satunya provinsi yang tidak mengalami perubahan indeks harga Konsumsi Rumah Tangga pedesaan pada Desember 2009.