Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam waktu dekat direncanakan akan melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Dalam kunjungan kerja tersebut SBY akan meresmikan beberapa pembangunan infrastruktur yang dibangun di wilayah itu. Beberapa infrastruktur ke PU an yang akan diresmikan antara lain jalan, air bersih, contoh honei sehat dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Untuk membangun PLTMH Departemen PU, melalui Balitbang PU, telah dibuat prototipe bangunan penyediaan listrik dan air baku yang bersumber dari air. PLTMH ini direncanakan dibangun di 17 titik dengan pembangunan tahap pertama dilaksanakan di Kurima dan Halowun, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Hal tersebut diungkapkan oleh Staf Ahli Menteri PU Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat Budi Yuwono di Jakarta, (24/7).
Setiap unit PLTMH bisa menghasilkan tenaga listrik sebesar 3,5 – 4,0 kwh atau sekitar 50 watt per unit rumah bagi 43 KK yang ada di Kecamatan Kurima. Kecamatan yang dihuni 60 jiwa tersebut jaraknya hanya 20 km dari Kota Wamena-Kabupaten Jayawijaya dan bisa dilalui dengan jalan darat selama 2 jam. Sedangkan di Haluwon yang hanya bisa dicapai dengan menggunakan helikopter selama 30 menit, PLTMH dibangun dengan bersumber dari Kali Beim yang kapasitas rata-ratanya 176 liter/detik. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh PLMTH ini sebesar 2,5 – 3,0 kWh.
“Sekarang kami sudah tidak susah lagi untuk dapat air bagus dan rasa lampu,” kata Louis Lantipo, yang dilatih untuk menjadi penjaga pintu aliran air PLTMH agar debit air sebagai penggerak turbin terjaga stabil. Kebahagiaan ini juga ingin dirasakan oleh warga desa lain yang belum mendapat aliran listrik seperti yang dikisahkan oleh Harun Lokon warga Paseman-Kab. Yahukimo. “Dari semenjak lahir kami hanya lihat api unggun dan bakar batu, tidak pernah lihat listrik. Baru sekarang kami rasa terang waktu malam,” kata Yacobus Hesegem (40 tahun) Camat Kurima-Kabupaten Yahukimo.
Prasarana jalan
Untuk membuka isolasi hubungan darat antara Wamena – Kurima sepanjang 10 Km yang sempat putus karena cuaca dan kurangnya pemeliharaan, sekarang telah dikerjakan oleh Zeni Angkatan Darat dengan Departemen PU bertugas menangani pengaspalannya. Jalan ini diharapkan akan bisa membuka keterisolasian di Distrik Kurima dan juga sebagai urat nadi perekonomian masyarakat sekitar, tambah Budi Yuwono.
Dari segi perhubungan, bukan hanya jalan yang dibangun, bagi mereka yang lalu lintasnya melalui sungai telah dibangun pula dermaga Sungai Logpon, Dekai. Demikian juga dengan penyediaan air minum, telah dibangun di Desa Silimo, Distrik Silimo dan Desa Pasema, Distrik Kurimo, yang sebelumnya hanya memperoleh air bersih dari tampungan air hujan atau pergi ke sungai, untuk digunakan minum, mandi dan memasak.
Honei Sehat
Sementara itu, harapan untuk bisa hidup sehat dan terbebas dari sesak napas karena tinggal di rumah honei kini menjadi kenyataan. Warga yang tinggal di Kecamatan Tangma dan Pasema kini sudah memiliki prototipe rumah honei sehat. “Kami membangun bersama masyarakat dan memanfaatkan potensi lokal sebagai bahan bangunan dan tidak menghilangkan kearifan budaya lokal. Bekerja bersama rakyat ini dimaksudkan agar di kemudian hari mereka bisa mencontoh bangunan rumah honei yang sehat seperti yang kami bangun,” jelas Astuti, peneliti dari Puslitbang Permukiman yang membangun honei sehat di Tangma dan Pasema.
Kayu yang digunakan untuk membangun adalah kayu lokal, termasuk jerami sebagai penutup atap. Honei sehat yang dibangun bertingkat dua seperti rumah honei asli, dengan lantai dua yang hanya dipakai untuk tidur. Di antara lantai dua menuju atap dibangun lubang sebagai aliran asap dan ventilasi udara. “Orang Papua pegunungan biasa memasak dan membakar api di dalam honei agar hangat,” ungkap Astuti. Sehingga, atap dibuat lebih tinggi dari model asli agar asap bisa keluar.
“Kami senang dengan honei yang dibangun ini, dan kami mau contoh. Kami tidak rasa sesak di dalam dan sesuai dengan maunya kami,” kata Louis dan Fritz warga Tangma dan Pasema. Menurutnya, honei yang dibangun oleh Puslitbang Permukiman ini tidak jauh dari honei asli yang selama ini ada. “Kami tinggal di gunung, jadi kalau atap honei terlalu tinggi kami rasa dingin,” lanjut Fritz
Selain honei sehat ini, warga Tangma dan Pasema berharap agar bisa segera dibangun listrik dan jembatan supaya mudah berhubungan dengan dunia luar. Karena untuk menuju dua wilayah ini harus menggunakan helikopter selama lebih kurang 15 menit dari Wamena. Bahkan bila dimungkinkan, warga meminta untuk bisa dibantu pembangunan honei lainnya bagi wanita dan pria. Sesuai adat mereka bahwa pria dan wanita memiliki honei sendiri. Wonum (terima kasih) pemerintah…, kata Frangki warga Pasema.
Sumber : http://www.pu.go.id