Jayapura-Pemerintah Daerah berharap agar kegiatan pendataan potensi ekonomi di Papua, perlu dikembangkan dengan saling
melengkapi dan mengisi setiap kegiatan yang saat ini telah
atau sedang dilakukan oleh instansi-instansi atau lembaga
akademisi maupun social kemasyarakatan yang ada, sehingga
hasil penelitian dilakukan memberikan hasil penginformasian yang lebih tajam dan akurat.
Terkait dengan itu, diperlukan juga koordinasi antar para
peneliti dengan instansi atau lembaga terkait yang perlu
dibina secara terus-menerus, demi aktualnya sebuah
informasi hasil kegiatan pendataan potensi eknonomi yang
telah dikembangkan.
Asisten III Setda Provinsi Papua, Drs. Djabar Abdul Kadir
mengatakan hal itu, saat membacakan sambutan tertulis
Gubernur Papua, pada kegiatan Seminar perkembangan
ekonomi terkini, prospek dan arah kebijakan Bank Indonesia
serta disseminasi hasil riset Bank Indonesia, beberapa waktu lalu di Aula Bank Indonesia Jayapura.
Lebih lanjut dikatakan, Papua mempunyai potensi ekonomi
yang apabila dapat dimanfaatkan secara optimal dan
bertanggung jawab, tentu dapat memberikan banyak manfaat
dalam meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat Papua.
Terkait dengan itu, lanjut Kadir, untuk dapat mengelola
berbagai sumber daya alam dan potensi ekonomi secara optimal serta efektif di Papua, tentunya memerlukan
berbagai kajian ilmiah dan temuan-temuan yang dapat
diterapkan dalam rangka mengangkat harkat hidup dan
kesejahteraan rakyat.
Sementara itu, Pimpinan Bank Indonesia Jayapura, Budiman
Usman pada kesempatan tersebut mengatakan pelaksanaan
Otonomi Daerah dan desentralisasi akan memberikan
implikasi penting terhadap perekonomian daerah. Karena
dengan kinerja perekonomian daerah merupakan salah satu
factor yang harus dikaji dalam rangka menentukan arah dan
kebijakan moneter.
Selain itu, pelaksanaan Otonomi Daerah mempengaruhi sector
perbankan didaerah terkait dengan peran perbankan sebagai
salah satu pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi daerah. Penyerahan kewenangan-kewenangan pusat
kepada daerah, lanjutnya, diikuti dengan penyerahan sumber
pendanaannya. Dari dana tersebut, lanjutnya, diharapkan
menjadi stimulus fiscal bagi perekonomian daerah.
Pemerintah Daerah seharusnya juga membuat stimulus-stimulus fiscal daerah untuk lebih menarik investasi (menciptakan invesment climate) melalui kebijakan-kebijakan yang mendorong dunia musaha (business friendly) dengan tetap mempertahankan kesinambungan fiscal (fiscal sustainability).
Menurutnya, dana yang diserahkan ke daerah secara serentak
pada tanggal 2 Januari 2006 lalu, meliputi DIPA 2006 yang
diserahkan sebesar Rp. 202,4 trilyun dan belanja daerah
yang terdiri dari dana perimbangan, dana Otsus, dan dana
penyesuaian. Besarnya dana perimbangan pada tahun 2006,
terdiri atas dana bagi hasil sebesar Rp. 59,4 trilyun, DAU
sebesar Rp. 145,7 trilyun, dan DAK sebesar Rp. 11,6
trilyun. Kemudian dana pusat yang didaerahkan tersebut
kurang lebih 2/3 APBN TA 2006, yang mengakibatkan dana
melimpah didaerah.
Disamping itu, kurang lebih 70 persen dari bobot inflasi
nasional dibentuk dari inflasi daerah. Dari fakta-fakta
tersebut, nampak nyata bahwa daerah mempunyai peran yang
besar dalam mendorong pertumbuhan perekonomian daerah
serta menjaga kestabilan inflasi. Untuk mewujudkan
pertumbuhan ekonomi dan kestabilan laju inflasi regional,
maka dibutuhkan informasi yang tepat dalam penetapan
langkah-langkah kebijakan pembangunan oleh Pemda.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Bank Indonesia
bermaksud melakukan disseminasi mengenai perkembangan
ekonomi nasional terkini, serta prospek dan kebijakan Bank
Indonesia kedepan. Informasi yang akan disampaikan nanti
diharapkan dapat menambah pemahaman dan wawasan kita
mengenai perkembangan ekonomi namsional serta prospek
kedepan.
"Kami berharap agar melalui seminar ini dapat memahami
langkah kebijakan yang dilakukan BI sebagai otoritas
moneter. Karena langkah tersebut tidak akan berjalan
efektif apabila tidak didukung oleh langkah kebijakan
pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah yang dalam hal ini
sebagai pelaksana kebijakan fiscal. Harmonisasi langkah
kebijakan antara otoritas moneter dan otoritas fiscal,
diharapkan mendorong tercapainya laju pertumbuhan
perekonomian dan laju inflasi yang diharapkan," katanya.**