Jayapura-Ketahanan pangan di Provinsi Papua, melalui tingkat ketersediaan energi untuk dikonsumsi penduduk, secara makro pada tahun 2005 lalu,diindikasikan sebesar 2.576 kilo kalori/kapita/hari atau menujukan tingkat ketersediaan energi yang melebihi standar nasional, yakni sebesar 2.200 kilo kalori/kapita/hari dengan kontribusi terbesar berasal dari pangan nabati. Sedangkan tingkat ketersediaan protein mencapai 81 gram/kapita/hari atau telah melebihi standar nasional sebesar 57 gram/kapita/hari dengan kontribusi terbesar berasal dari pangan nabati.
Namun demikian, kondisi ketahanan makro tersebut belum dapat mencerminkan kondisi mikro pada tingkat rumah tangga, dimana pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2002, terlihat untuk capaian tingkat konsumsi energi masyarakat hanya dicapai sebesar 1.827 kilo kalori/kapita/hari atau masih berada dibawah standar nasional, yaitu sebanyak 2000 kilo/kapita/har. Sedangkan untuk capaian tingkat konsumsi protein hanya mencapai 45 gram/kapita/hari atau baru mencpai 87 persen dari norma kecukupan sebesar 52 gram/kapita/hari.
Asisten III Bidang Umum Setda Provinsi Papua, Drs. Dhabar Abdul Kadir mengatakan kondisi yang demikian, tentunya perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, baik dari pemerintah, masyarakat dan stake holder lainnya untuk melakukan upaya-upaya penanganan dalam rangka pemenuhan pangan bagi bagi masyarakat di Papua.
Sehubungan dengan itu, "saya minta kepada aparat pembina terkait untuk dapat mengoptimalkan kinerja dan merumuskan kebijakan guna pencapaian pemenuhan pangan dan gizi di daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota," hal itu dikatakannya saat membacakan sambutan Gubernur Papua pada Rapat Dewan Ketahanan Pangan dan sinkronisasi program Provinsi Papua, Selasa (28/03) pagi, yang digelar di Sasana Karya Kantor Gubernur Papua.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur melalui Asisten III juga menegaskan bahwa dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan ditingkat wilayah dan rumah tangga, maka pemerintah berharap agar pemantapan ketahanan pangan dapat dijadikan sebagai program prioritas dalam mengimplementasikan program pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Disamping itu, dimintakan agar pemantapan dilakukan secara optimal melalui berbagai sumber daya untuk kepentingan peningkatan produksi pangan secara local, baik sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral, serta untuk peningkatan pendapatan petani.**