Dahulu Indonesia untuk mengetahui seorang pasien positif atau tidak, sampelnya harus dikirimkan ke Hong Kong. "Sekarang Indonesia sudah mempunyai laboratorium sendiri untuk menetapkan diagnosis tersebut. Hasilnya juga sudah dapat diakui oleh WHO," kata Menkes Siti Fadilah Supari di kantornya, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan. Terdapat 2 laboratorium yang terletak di Jakarta untuk fasilitas diagnosis itu, yakni laboratorium di Litbangkes Depkes dan Laboratorium Namru-2. "Hasil dari penelitian laboratorium di dalam negeri tinggal disesuaikan dengan CDC Atlanta sebagai reference laboratory WHO," tutur Siti.
Diagnosis dapat dilakukan karena kemampuan laboratorium yang ada sudah semakin meningkat untuk mendeteksi virus flu burung pada manusia. Dan spesimen cukup dikirimkan ke satu WHO reference laboratory. "Dan kerjasama internasional dengan WHO reference yang selama ini hanya dalam penegakan diagnosis, telah berlanjut dengan penelitian yang menghasilkan data genom lengkap tentang virus H5N1 asal Indonesia," ujarnya. Siti pun membantah anggapan jika pemerintah Indonesia tidak mengizinkan publikasi data genom (bio/organisme yang hidup) virus flu burung. Padahal data genom virus H5N1 yang ada di Hong Kong dan dipakai oleh ilmuwan internasional berasal dari Indonesia. "Dan kita akan tetap komitmen untuk membuka data-data genom tersebut bagi para ilmuwan untuk kepentingan umat manusia," ujarnya.