Karantina hewan diminta untuk lebih proaktif dan selektif melakukan penjagaan terhadap masuknya virus flu burung dari daerah yang sudah tertular ke daerah lainnya yang
belum tertular di Papua. Hal demikian, bertujuan agar proses penyebaran virus mematikan ini tidak sampai meluas diseluruh dataran di tanah Papua ini.
Sebelumnya virus flu burung telah ditemukan pada salah satu unggas di Kabupaten Timika. Atas dasar itu, Karantina Hewan diminta secepatnya melakukan tindakan penanganan serta upaya proteksi awal, untuk mencegah masuknya virus flu burung ke daerah yang lain di Papua. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Tigor Silaban, mengatakan hal itu kepada wartawan, kemarinUpaya proteksi tentunya harus segera dilakukan oleh Karantina Hewan dan instansi terkait guna menjaga agar virus flu burung tidak menyebar sampai ke Papua. Karena tingkat penyebaran virus mematikan cukup cepat dan dapat menyerang siapa saja baik tua maupun muda.
“Jadi, harus dijaga jangan sampai hewan yang sudah terkena virus flu burung itu masuk ke sini. Penjagaan di pelabuhan yang tidak dijaga baik oleh karantina itu akan menjadi masalah. Jadi yang penting penjagaannya di bandara dan di pelabuhan-pelabuhan harus baik, jangan sampai ada hewan masuk dari daerah yang tertular,” ucap Silaban.
Dikatakan Kadis Kesehatan, saat ini pihaknya belum dapat melakukan apa-apa selain hanya menunggu apabila virus flu burung sudah tertular kepada manusia. “Saat ini, kita belum bisa apa-apa. Karena, yang punya urusan itu peternakan, cuma kalau sudah ada manusia yang sakit baru itu menjadi urusan kita,” ujarnya.
Disamping itu, dirinya mengakui bahwa tingkat pengangan terhadap pasien yang terrular virus flu burung nantinya akan menjadi kesulitan. Karena peralatan kesehatan yang ada di Papua sangat tidak memadai. “Contohnya di Jakarta saja, ada pasien bernama Yulianus Saroso itu memang 70 persen sudah meninggal padahal ditangani dengan alat yang lengkap. Kita disini tidak punya apa-apa. Di RSUD Dok II itu alatnya rusak semua. Jadi untuk penanganan pasien flu burung akan sangat riskan,” akunya.
Terindikasinya virus flu burung atau avian influenza pada salah satu unggas di Kabupaten Timika beberapa waktu lalu, ternyata cukup membuat khawatir sebagian besar penduduk di Provinsi Papua. Aktivitas pengkonsumsian daging ayam dan telur pun di Kota Jayapura, terlihat cukup mengalami penurunan. Dengan kata lain bahwa sebagian masyarakat menjadi takut untuk mengkonsumsi daging dan telur ayam. Namun dari penelitian para ilmuwan kesehatan mengindikasikan bahwa daging ayam yang sehat apabila dimasak dalam temperatur suhu panas yang tinggi, dapat membunuh virus maupun bakteri penyakit.
Berkaitan dengan itu Silaban menghimbau masyarakat untuk tetap tenang dan berhati-hati terhadap penyebaran virus mematikan ini. “Saya hanya bisa menghimbau kita untuk saling berhati-hati saja ya. Saya tidak bisa melarang masyarakat untuk makan ayam atau telur, tetapi kita hati-hati saja, ya tentu makanan harus dimasak baik-baik dan daging yang sudah tidak baik jangan dibeli untuk dimakan, “ucapnya.