"Lapangan kerja baru yang tercipta diharapkan menampung sekitar 2,1 juta orang. Itu bukan hanya karena anggaran belanja pemerintah tetapi juga karena adanya investasi," kata Deputi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan Usaha Kecil dan Menengah, Bambang Widianto, di Jakarta, pekan lalu. Menurut dia, penciptaan lapangan kerja baru sebesar 2,1 juta merupakan angka maksimal dari perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 yang ditargetkan sebesar 6,3 persen. Bambang memperkirakan, angkatan kerja baru yang akan muncul pada tahun 2007 mencapai sekitar 1,8 juta orang. Meskipun jumlah angkaran kerja baru lebih rendah dari jumlah lapangan kerja baru yang tercipta, namun tingkat pengangguran terbuka hanya akan turun sedikit saja karena jumlah penganggur yang tercipta pada tahun-tahun sebelumnya juga masih banyak.
"Meski angkatan kerja baru hanya 1,8 juta orang, namun perkiraan penurunan angka pengangguran terbuka tetap sedikit, makanya hanya sampai 9,9 persen. Jadi memang berat untuk mengatasi masalah pengangguran terbuka ini," tegasnya. Masalahnya akan lebih berat lagi dengan adanya penduduk setengah penganggur yaitu yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu, yang jumlahnya saat ini mencapai sekitar 12 juta orang.
Namun Bambang menyebutkan bahwa angka pengangguran yang sejak tahun 1997 menunjukkan kecenderungan meningkat, pada tahun 2006 ini menunjukkan adanya penurunan yaitu menjadi 10,4 persen (per Februari 2006). "Pertama kali pada 2006 ini, angka pengangguran turun dari sebelumnya yang selalu meningkat. Ini menunjukkan langkah pemerintah sudah pada arah yang benar," katanya.
Pada tahun 1997 tingkat pengangguran terbuka mencapai sekitar 4,7 persen, tahun 2000 mencapai sekitar 6,12 persen, tahun 2001 sekitar 8,1 persen, 2004 mencapai sekitar 9,86 persen, dan 2005 mencapai sekitar 10,9 persen. Menurut Bambang, sektor jasa, industri, manufaktur, dan lain-lain diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak pada tahun 2007 sehingga angka pengangguran berkurang menjadi 9,9 persen. "Penyerapan tenaga kerja itu baik di sektor formal maupun informal. Kondisinya memang informal lebih besar yaitu sekitar 70 persen dibanding dengan formal yang hanya sekitar 30 persen saja," katanya.
Penurunan tingkat pengangguran itu diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penurunan tingkat kemiskinan menjadi 14 persen pada akhir 2007. Pemerintah menyebutkan, angka kemiskinan telah mengalami penurunan dari 23,4 persen dari jumlah seluruh penduduk pada tahun 1999 menjadi sekitar 16 persen pada 2005.
"Penurunan angka kemiskinan menjadi sekitar 14 persen itu antara lain melalui program Subsidi Langsung Tunai (SLT) bersyarat dan penyerapan tenaga kerja," kata Bambang.