Presiden SBY sempat mencetuskan keinginan untuk mengusulkan Umar Hasan Saputra, penemu NS, sebagai penerima penghargaan Nobel. Dengan catatan, formula tersebut benar-benar mampu mewujudkan swasembada beras pada 2008 dan menjadikan Indonesia lumbung beras pada 2009. Saputra - sapaan Umar Hasan Saputra- kemarin membawa formula ajaibnya itu ke Istana Negara. Dia ditemani timnya; Roy Sembel, Aribowo, Sri Bawono, Heru Wibawa, Kori Enk, dan Yuke Eliyani. Mereka juga didampingi Ir Ciputra beserta timnya. Diskusi antara Saputra, ilmuwan dari IPB (Institut Pertanian Bogor), dan Presiden SBY yang juga doktor dari IPB- itu berlangsung hingga 2,5 jam. "Beliau (Presiden SBY, Red) sangat antusias. Maklum, Presiden juga sangat paham soal pertanian," kata Saputra.
Keseriusan Presiden SBY itu juga ditunjukkan dengan mengajak Menko Perekonomian Boediono, Menkeu Sri Mulyani, dan Seskab Sudi Silalahi untuk mendengarkan pemaparan Saputra. "Saya merasa tersanjung. Tapi, saya belum terpikir sampai Nobel. Yang penting, bagaimana teknologi ini diterima masyarakat," kata Saputra yang juga manajer riset PT Suba Indah Tbk tersebut. Di depan Presiden SBY, Saputra menjelaskan secara detail bahwa NS temuannya telah diuji coba di beberapa daerah. Salah satunya di Karawang. Di sana, padi yang ditanam pada 31 Mei lalu sudah bisa dipanen dalam waktu kurang dari 90 hari. Setiap 1.000 m2 tercatat menghasilkan 8,68 kuintal gabah kering pungut. Berarti, satu hektare mampu menghasilkan 8,68 ton. Biasanya, kalau memakai pupuk, hasilnya maksimal hanya 5 ton. Selain itu, dari sisi biaya, kalau biasanya petani mengeluarkan Rp 960 ribu untuk biaya pupuk per hektare, dengan NS cukup Rp 360 ribu per hektare. "Sebenarnya, saya juga akan membawa contoh hasilnya. Tapi, sayang, tertinggal," ujar Saputra.
Dia juga menyampaikan bahwa temuannya nanti tidak hanya untuk tanaman. Akan dikembangkan juga untuk hewan dan manusia. Bagi hewan, nutrisi itu membuat lebih sehat. Bagi manusia, selain menyehatkan, nutrisi tersebut juga bisa melangsingkan tubuh dan membuat awet muda. "Dari segi ilmu, inilah teknologi yang dicari dunia. Karena akan mengubah wajah dunia," tegasnya. Presiden SBY memang menyambut baik penemuan nutrisi esensial itu. Menurut dia, sejak lama dirinya menunggu putra putri Indonesia menghasilkan temuan yang sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. "Walau masih percobaan, presiden sangat yakin nutrisi ini akan meningkatkan produksi pangan kita. Apalagi, teknologi ini selain luar biasa juga murah," kata Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng. Kepada Saputra, Presiden SBY meminta agar temuan itu terus dikembangkan. Tidak hanya untuk beras, tapi juga bahan pangan lainnya, seperti jagung dan kedelai. "Presiden juga meminta nutrisi ini dipakai untuk tanaman bioenergi seperti jarak, sengon, dan sawit," ujarnya.
Bukti lain bahwa SBY terpincut dengan nutrisi esensial itu adalah dimintanya Saputra untuk mempresentasikan temuannya tersebut di hadapan seluruh menteri kabinet dan gubernur se-Indonesia. "Kebetulan hari ini, Presiden ada pertemuan dengan gubernur se-Indonesia. Seluruh menteri juga diundang. Saputra diminta presiden untuk memaparkan nutrisinya," tutur Andi Mallarangeng. "Mungkin setelah ini akan dikembangkan ke daerah-daerah," lanjutnya. Pak Ci - sapaan Ir Ciputra- menambahkan, temuan Saputra itu merupakan revolusi keempat. Revolusi pertama adalah pertanian, revolusi kedua industri, dan revolusi ketiga adalah teknologi. "Dan, ini revolusi keempat, yakni revolusi biru," kata Ciputra. Menurut Pak Ci, tidak mudah meyakinkan masyarakat untuk menggunakan formula tersebut. "Kalau Anda tidak percaya, Anda orang normal. Pada awalnya, saya juga tidak percaya," kata Pak Ci. "Kalau cepat percaya, ada dua kemungkinan. Orang itu jenius, atau malah bodoh," ujarnya.
Pak Ci menambahkan, produk tersebut akan digunakan dulu di Indonesia. Pihaknya belum ancang-ancang untuk mengekspor. "Ekspor baru dilakukan kalau produksi beras di Indonesia sudah mencukupi. Masalah pangan di Indonesia harus teratasi dulu," katanya.
Dalam dua tahun ke depan, Pak Ci memastikan tidak mengekspor nutrisi esensial itu. "Kalau berhasil, kita akan menjadi bangsa besar pada 2012. Tidak perlu menunggu sampai 40 tahun lamanya untuk menjadi bangsa yang damai dan sejahtera," tutur pengusaha realestate itu.