Indonesia termasuk dalam negara yang kesadaran warganya untuk mendonorkan darah rendah. Menurut Wakil Ketua PMI, Prof Dr Sujudi, saat ini jumlah pendonor di Indonesia hanyalah 0,6 persen. Sehingga terjadi ketimpangan antara kebutuhan dengan ketersediaan darah. Jumlah kantong darah yang berhasil dikumpulkan PMI setiap tahun sekitar 1,2 juta kantong, padahal kebutuhan darah mencapai 3 juta kantong. Bencana yang bertubi-tubi menimpa Indonesia, wabah penyakit seperti demam berdarah, sementara jumlah pendonor sedikit membuat PMI kewalahan memenuhi permintaan darah. "Terlebih sebentar lagi bulan puasa, stok darah PMI akan menipis, sementara permintaan tetap," kata Sujudi. Menanggapi mahalnya harga darah di PMI, ia mengatakan bahwa PMI tidak pernah menjual darah. "Harga yang diminta bukan harga darah, tetapi uang pengganti pengolahan darah," paparnya. Biaya tersebut antara lain untuk menutupi biaya produksi seperti kenaikan harga reagensia, harga kemasan yang masih impor, biaya penyimpanan darah dan biaya transportasi untuk mendistribusikan darah, juga untuk mencari para donor.
Selain bersifat mulia, mendonorkan darah ternyata bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Antara lain mengurangi kelebihan zat besi dalam tubuh, menurunkan resiko terkena penyakit jantung, dan membuat badan lebih sehat dan bugar. Hal itu diakui oleh Megawati (52), seorang konsultan keuangan, yang sudah melakukan donor darah sebanyak 82 kali. Sudah tak terhitung berapa nyawa yang ditolong oleh transfusi darah yang sudah dilakukannya selama lebih dari 20 tahun itu. Atas jasanya tersebut, Megawati mendapat penghargaan dari Gubernur DKI Jakarta sebagai warga teladan. Menyumbang darah untuk sesama, bagi Megawati adalah sebuah panggilan hati kepada orang yang membutuhkan. Adanya anggapan yang menyebut meski rajin mendonor, tetapi saat pendonor memerlukan darah akan sulit mendapatkannya, tidak dirasakan oleh Megawati. Suatu ketika ayahnya sakit keras dan membutuhkan transfusi darah, tetapi tidak ada stok darah di PMI, sedangkan saat itu Megawati belum lama mendonorkan darah (donor darah hanya bisa dilakukan 3 bulan sekali). Untunglah teman-temannya dengan rela dan tulus menyumbangkan darahnya.
Rutinitas mendonor darah yang sudah puluhan tahun dijalaninya tersebut diakui Megawati memberi banyak manfaat, di antaranya ia mengaku tidurnya lebih nyenyak setiap kali mendonor. "Setelah mendonorkan darah, badan rasanya lebih enak, tidur juga pulas. Selain itu saya tidak pernah kena anemia, kadar hb saya selalu diatas 13," ujar wanita bergolongan darah B, yang terlihat lebih muda dari usia sebenarnya itu. Darah adalah bagian vital dari manusia yang belum bisa dibuat imitasinya. Berbeda dengan donor mata atau ginjal, donor darah sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja yang berbadan sehat. Menyadari begitu berharganya sekantung darah bagi nyawa manusia, Ebet Kadarusman, seorang seniman yang biasa disapa Kang Ebet itu, mengaku merasa sedih karena tidak bisa ikut mendonorkan darah. Kang Ebet mengatakan dirinya pernah merasa tidak berguna karena ada orang yang sedang membutuhkan darah dan kehabisan stok, tetapi ia tidak bisa menolong.
"Tekanan darah saya terlalu tinggi, 240/140, sehingga dilarang untuk mendonor, padahal saya sungguh ingin menolong sesama saya" kata pria yang pernah diserang stroke itu. Ketidakberdayaannya tersebut rupanya membayangi hidup Kang Ebet, sebagai gantinya, ia kini aktif di organisasi sosial, Lions Club. Ia ikut berkampanye untuk menggugah kesadaran orang untuk melakukan donor darah. Ia juga mendorong keluarganya untuk menjadi pendonor darah. "Anak-anak dan cucu saya sekarang juga sering mendonorkan darah," tutur pria yang enggan menyebut usianya itu. Di Jakarta, ada beberapa organisasi donor darah sukarela seperti Fokuswanda (Forum Komunikasi Dermawan Darah) dan Persatuan Donor Darah Indonesia (PDDI). PDDI menghimpun semua donor darah sukarela yang ada di Indonesia. Sedang Fokuswanda menghimpun donor darah sukarela yang sudah mendonorkan darah sebanyak 75-100 kali. Meski para pendonor menyumbangkan darah atas dasar keiklasan, tetapi apa yang dilakukan oleh Fokuswanda bisa menjadi contoh penghargaan kepada para ’pahlawan’ darah.
Menurut Sekretaris Umum Fokuswanda, Ariman K Usman, organisasinya sudah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk memberikan fasilitas kepada anggota Fokuswanda. Fasilitas yang dimaksud antara lain mendapatkan diskon harga tiket dari Pelni dan Perum Damri, diskon pembelian obat generik di seluruh apotik milik sebuah perusahaan farmasi, biaya perawatan dan operasi kasus bedah di RS. Fatmawati Jakarta dan RS Jantung Harapan Kita, serta keringanan biaya operasi katarak di bank mata cabang DKI Jakarta. "Seorang pendonor sejati tidak memperdulikan service cost, tetapi semoga dengan penghargaan seperti ini semakin banyak orang yang mau menyumbangkan darahnya," kata Ariman. Mungkin kita bisa belajar dari negara-negara lain untuk memberikan penghargaan kepada para pendonor sukarela. Di Amerika Serikat, para pendonor darah diberikan insentif uang untuk setiap kantung darah. Di Malaysia, seseorang yang sudah mendonorkan darah sebanyak lima kali, akan dibebaskan biaya pemeriksaan kesehatan. Repotnya, ketika pendonor mengemukakan masalah ini, mereka dituding tak ikhlas dan berpamrih. Padahal, mereka setidaknya sudah meluangkan waktu sebagai pendonor untuk menyelamatkan nyawa orang lain.