19Sep 06
- Uncategorized
- 1920 x dilihat.
Dalam Rangka Kunjungan kerja tersebut Gubernur menyempatkan diri bertatap muka dengan ratusan warga Indonesia asal Papua yang ada di ibu kota Negara Papua New Guinea(PNG). Acara tatap muka itu Gubernur Suebu, mengajak warga Indonesia asal Papua yang saat ini tinggal di PNG agar kembali ke Papua. Pertemuan yang berlansung di Joglo Kedutaan Besar Republik Indonsia (KBRI) itu, dikemas dalam dialog dan berlangsung penuh kekeluargaan dan cukup hangat yang diawali makan siang bersama. Alex Kambuaya misalnya, ia menyampaikan perasaannya kepada Gubernur Suebu bahwa dari segi hukum perlu ada suatu amnesty dari pemerintah RI tentang kepulangan mereka ke tanah air.
Menanggapi hal ini, Gubernur Suebu mengatakan bahwa amnesty yang diberikan oleh presiden hanyalah bagi mereka yang bersalah dan dihukum. Sehingga, kalau tidak pernah melakukan tindakan kriminal apapun, tidak perlu takut pulang ke Indonesia. Untuk ini, Gubernur memberikan jaminan dan fasilitas untuk kembali ke Papua.
Kami akan memberikan jaminan dan fasilitas kalau ada yang mau pulang, Pemda akan membantu, jelasnya. Kata Gubernur, Pemerintah Republik Indonesia membuka tangan bagi mereka Yang ingin kembali dan membangun diri di tanah air untuk masa depan yang lebih baik. ÒKarena itu, saya mengajak agar sebaiknya warga Papua yang berada di sini, untuk pulang ke daerahnya di Papua, katanya. Sebab saat ini, keadaan di Papua (Indonesia) sudah sangat berbeda dengan masa lalu. Gubernur lalu menjelaskan bahwa saat ini Papua tengah menata masa Depan dengan payung hukum Otonomi Khusus (Otsus). Melalui Otsus, Papua memiliki kewenangan dan kekuasaan yang cukup besar, khususnya dari segi pendanaan. Disebutkan bahwa saat ini ada sekitar Rp 15 triliun dana pembangunan untuk Papua. Dengan uang ini, kita membangun orang Papua yang lebih bermartabat, adil dan sejahtera menuju masa depan yang lebih baik, katanya. Ia juga mengatakan, dengan status Otsus Papua, maka Papua akan merdeka, yakni merdeka dari kemiskinan dan ketidakadilan.
Jadi merdeka bukan dalam arti independent, tetapi freedom dalam arti kita harus bebaskan diri dari kemiskinan dan ketidakadilan dan keterbelakangan, katanya yang disambut aplaus. Sementara itu, Kasa Uaha Ad Interm KBRI di Port Moresby DR Pratito Soeharyo mengatakan bahwa saat ini ada sekitar 25.000 hingga 30.000 jiwa orang Papua yang ada di PNG. Mereka hidup sebagai warga Negara kelas dua dan cenderung termarginalkan. Sehingga mereka tak bisa bebas seperti di tanah airnya sendiri. Sebagian besar dari jumlah tersebut tersebar di wilayah PNG, meski tak sedikit yang tinggal di kota Port Moresby. Sebagian besar dari mereka tinggal dengan status yang tidak jelas, karena tidak memiliki identitas yang jelas. Sehingga bagi Pratito, adalah hal yang lumrah jika GUbernur Suebu mengajak mereka untuk kembali ke daerahnya di Indonesia. Sementara itu, sesuai rencana, Senin (18/9), kemarin Gubernur Provinsi Papua Papua Barnabas Suebu, SH menerima gelar kehormatan Companion of the Order of the Star Of Melanesia. Penganugerahan gelar kehormatan itu dilakukan di Istana Guvernoor General of Papua New Guinea (PNG) di Port Moresby lansung oleh Governoor General of PNG Grand Chief Sir Paulias Matane, GCL,GCMG,KStJ.
Acara pemberian anugerah tersebut dilaksanakan sekitar pukul 10.00 waktu setempat. Governoor General of PNG Sir Paulias Matane adalah pemimpin tertinggi di PNG sebab merupakan wakil kerajaan Inggeris. Sebelum anuegrah kehormatan diberikan, Gubernur Papua yang datang dengan didampingi oleh Ny Mary Suebu serta rombongan lainnya duduk di depan sembari menunggu kehadiran Sir Paulias Matane. Mengenakan stelan jas biru tua, Gubernur Suebu tampak tenang dan berwibawa. Tak lama menunggu Sir Paulias Matane keluar dari pintu utama istana dengan didampingi dua ajudan dan langsung berdiri tepat di depan tempat duduk Gubernur Subeu. Protokol Istana lalu memulai acara dengan menerangkan bahwa companion of the order of the star of Melanesia (CSM) diberikan kepada Gubernur Banabas Suebu karena dedikasi dan perjuangannya dalam membangun masyarakat Melanesia, khususnya masyarakat Papua di Indonesia.
CSM juga adalah suatu gelar kehormatan tertinggi di PNG setelah Cross of Valour dan grand of Logohu. Dan pemerintah PNG hanya memberikan gelar CSM kepada mereka yang dinilai telah memberikan pelayanan yang luar biasa dan bermutu tinggi dalam semua aspek kehidupan, begitu juga untuk kemanusiaan yang dinilai sebagai sumber inspirasi sangat nyata dan dilaksanakan terus menerus dalam jangka waktu paling sedikit 15 tahun. Pada kesempatan itu juga dibacakan sejarah ringkas pengabdian Gubernur Suebu selama ini. Selanjutnya, Gubernur Suebu diberi kesempatan memberikan sambutan selama 5 menit. Dalam sambutannya, ia mengatakan gelar tersebut merupakan penghargaan yang sangat tinggi nilainya karena tanggung jawabnya juga sangat besar dan dirinya sangat terharu bisa menerimanya. Ini adalah suatu penghargaan yang mempunyai nilai tinggi dan tidak semua orang bisa mendapatkan penghargaan seperti ini. Penghargaan ini adalah suatu kehormatan yang sangat besar karena mengandung tanggung jawab yang besar pula, katanya. Tanggung jawab itu adalah bagaimana terus membangun hubungan antra Papua (Indonesia) dan PNG diberbgai bidang baik itu ekonomi, perdagangan, budaya, pendidikan pariwista dan sebagainya. Usai sambutan Gubernur Suebu, Sir Paulias Matane kemudian Mengalungkan medali CSM kepada Gubernur Suebu dengan disaksikan puluhan undangan yang hadir yang umumnya adalah rombongan dari Jayapura.
Sedangkan dai PNG terlihat diantaranya Deputy Priminesty Hon Don Polye, MP yang juga merangkap sebagai Minister for Transpotation on Civil aviation, Kuasa Usaha Ad Interim DR Pratito Suharyo serta sejumlah staf KBRI di Port Moresby dan staf istana tersebut. Tak ada sambutan dari Sir Paulias Matane, usai penyamaan gelar CSM, acara dilanjutkan dengan foto bersama dan setelah itu Sir Paulias Matane yang juga wakil Kerajaan Inggris di PNG itu mengajak Gubenur Suebu ke ruangan lain. Di ruangan itu, kedua tokoh ini berbicara selama hampir satu jam. Dan pada kesempatn itu juga Sir Paulias Matane memberikan kenang-kenangan kepada Gubernur Suebu berupa buku karangannya bejudul PNG Land of Beauty and Cultural Diversity. Tentang pertemuan tersebut, kepada wartawan, Gubernur Suebu Mengatakan bahwa mereka membicarakan beberapa hal yang snagat penting. Yaitu adalah bagaimana mengembangkan kerjasama antara dua Negara tersebut diberbagai bidang.
Ia menjelaskan bahwa Papua (Indonesia) dan PNG memiliki banyak Kesamaan, namun ada batas politik yang harus dihormati. Karena itu agar melalui kesamaan budaya ia ingin menembus batas tersebut untuk mengembangkan kerjasama. Ada batas latar belakang politik yang harus dihormati, namun kesamaan budaya akan menembus batas itu untuk membangun kerjasama yang saling menguntungkan semua pihak di masa depan, katanya. Inilah yang disebut dengan cultural diplomasi yang disebutnya lebih positif dibanding dengan konflik dan curiga mencurigai. Menurutnya, curiga mencurigai dalah diplomasi bodoh yang harus dihilangkan dan ke depan harus dikembangkan diplomasi cerdas. Tentang gelar kehormatan tersebut, Gubernur Suebu mengaku kaget Ketika Sir Paulias Matane menceriterakan secara detail riwayat dirinya. Saya juga tadi kaget ketika Sir ceritera detail tentang hidup dan karir saya sejak muda hingga sekarang. Sejak saya menjadi ketua KADIN, KNPI hingga pernah menjadi gubernur,Ó katanya. Ia mengaku memang di tahun 1985 pernah berkunjung ke Port Moresby Untuk merintis kerjasama di bidang ekonomi ketika itu dirinya menjabat sebagai Ketua KADIN Papua.