Nilai tambah dan bruto yang dihasilkan oleh seluruh sektor-sektor ekonomi atau dikenal dengan nama PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) di Provinsi Papua pada tahun 2006, mengalami peningkatan pada setiap triwulannya, yang pada triwulan III di tahun 2006 ini nilainya mencapai Rp. 13,26 trilyun. Nilai ini meningkat 6,80 persen bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang bernilai Rp. 12,42 trilyun dan sebesar 9,18 persen apabila dibandingkan dengan triwulan III di tahun 2005 yang bernilai Rp. 12,15 trilyun.
Hal itu, dikatakan Kepala BPS Papua, Ir. JA. Djarot Soetanto,Rabu (27/9), diruang kerjanya. Dikatakan Djarot, menggelimir pada sub sektor migas dan gas bumi dan sub sektor industri pengilangan minyak bumi yang terdapat di kabupaten Sorong, nilai tambah bruto yang dihasilkan adalah Rp.12,55 trilyun atau meningkat 7,01 persen dibanding triwulan II tahun 2006 dan 8,97 persen disbanding triwulan III tahun 2005. Sedangkan apabila dihitung tanpa sub sektor pertambangan tanpa migas (tanpa konsentrat tembaga), nilai tambah bruto yang dihasilkan di Provinsi Papua berkurang dua kali lipat dari nilai tambah bruto yang dihasilkan jika sub sektor tersebut tidak dieliminir.
“Nilai yang dihasilkan tinggal Rp. 6,62 trilyun atau meningkat signifikan dibanding triwulan III tahun 2005 yakni 24,34 persen,” kata Djarot. Menurutnya, dominasi sub sektor pertambangan tanpa migas dalam struktur perekonomian Papua, belum mengalami perubahan. Dalam PDRB termasuk tambang sector pertambangan dan penggalian berperan sebesar 53,60 persen
dan PDRB tanpa migas berperan 53,50 persen. Sedangkan untuk sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 16,22 persen dan 17,15 persen, sehingga PDRB termasuk tambang dan tanpa migas adalah kontributor tertinggi kedua setelah sector pertambangan dan penggalian. Menurut Dia, kontribusi terendah berasal dari sektor listrik dan air bersih yang hanya berperan 0,26 persen dan 0,27 persen terhadap total PDRB Provinsi Papua termasuk tambang dan tanpa migas. “Pada PDRB tanpa konsentrat tembaga, kontribusi masing-masing sektor terlihat lebih merata namun dominasi tetap pada sector pertanian dengan kontribusi sebesar 32,52 persen, diikuti sector jasa-jasa, sector perdagangan, hotel dan restoran, sector industri pengolahan, sector pengangkutan dan komunikasi yang masing-masing berperan antara10-15 persen. Sector bangunan, sector pertambangan dan penggalian dan sector keuangan, persewaan dan jasa perusahaan berperan 9,60 persen, 6,96 persen dan 2,35 persen. Sementara itu, sector listrik dan air bersih hanya berperan 0,51 persen,” katanya.
Djarot menambahkan, pada triwulan III ini, PDRB perkapita yang dihasilkan Rp. 4,81 meningkat sebesar 5,89 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang bernilai Rp. 4,45 juta. PDRB perkapita triwulan III tahun 2006 ini juga, lebih tinggi jika dibanding dengan PDRB perkapita pada triwulan ketiga tahun 2005 yang bernilai Rp. 4,56 juta. Irama secara sektoral. Disisi lain, pada triwulan III tahun 2006 pertumbuhan tertinggi yakni 8,56 persen juga terjadi pada sector bangunan dan pertumbuhan terendah terjadi pada sector pertanian yang mengalami pertumbuhan negative 2,95 persen. “Pertumbuhan PDRB perkapita tanpa migas hampir sama dengan pertumbuhan PDRB perkapita termasuk tambang. Nilai PDRB perkapita tanpa konsentrat tembaga hanya Rp. 2,40 juta pada triwulan III 2006 atau meningkat sebesar 3,60 persen dari triwulan kedua yang bernilai Rp. 2,31 juta,” kata Djarot.