JAYAPURA - Provinsi Papua masih menghadapi tantangan besar dalam mendeteksi dan menangani kasus tuberkulosis (TBC). Hingga kini, tingkat penemuan kasus baru di Papua baru mencapai 40 persen, jauh dari target nasional sebesar 70 persen.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Papua, Arry Pongtiku, mengatakan bahwa pencapaian target deteksi sangat penting untuk memutus mata rantai penularan.
“Kalau kita bisa dapatkan 70 persen selama lima tahun, kasus TBC bisa turun setengah,” ujarnya dalam peringatan Hari TBC Sedunia, Jumat (11/4/2025).
Ia juga menyebutkan tantangan lain, yakni tingginya angka TBC dengan HIV. “Papua juga punya prevalensi HIV tinggi. Sekitar 30 persen kasus TBC juga mengidap HIV. Ditambah lagi dengan meningkatnya TBC yang resistan obat,” ujarnya.
Meski demikian, Arry menekankan bahwa peningkatan jumlah temuan kasus bukan berarti hal negatif. “Kalau ditemukan banyak, bukan berarti buruk. Justru artinya kemampuan puskesmas dalam mendeteksi, mengobati, dan melaporkan semakin baik,” katanya.
Penjabat Gubernur Papua, Ramses Limbong, menyatakan bahwa langkah penanganan harus berjalan bersamaan dengan upaya preventif. “Kalau sudah ditemukan mengidap, harus ada aksi. Karena TBC itu menular, dan pengobatannya tidak sebentar,” tambah Ramses.
Ia menuturkan, pemerintah mengambil peran aktif dengan menjalankan pendekatan edukatif dan pemeriksaan gratis. “Kami lakukan langkah yang sama sampai ke tingkat distrik. Ini jadi prioritas nasional,” kata Ramses. ***