Selama dua hari bertempat di Hotel Youtefa View Jayapura, Kamis (2/11), WWF Papua menggelar lokakarya penentuan kawasan hutan bernilai konservasi tinggi pada areal pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat adat di Distrik Unurum Guay Kabupaten Jayapura. Tujuan diadakannya lokakarya ini, yakni untuk menyamakan pemahaman atau pengertian tentang konsep dan metode penentuan hutan bernilai konservasi tinggi (High Conservation Value Forest atau HCVF) dan mengidentifikasi kawasan hutan yang memiliki nilai konservasi tinggi diwilayah Distrik Unurum Guay. Disamping itu, bertujuan untuk membangun komitmen dan kesepakatan bersama agar hasil analisis HCVF yang digunakan dapat diterapkan dalam pengelolaan hutan kedepan di daerah ini.
HCVF atau hutan bernilai konservasi tinggi merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menganalisis suatu wilayah suatu wilayah hutan yang akan dilakukan pengelolaan, dimana akan dapat diketahui wilayah atau bagian-bagian mana saja dari wilayah hutan tersebut yang memiliki nilai penting bagi ekologi dan social setempat. Hasil analisis ini kemudian akan dinegoisasikan dengan pihak pengelola, wilayah-wilayah mana saja yang disepakati untuk dikelola dan wilayah mana saja yang disepakati untuk
dilindungi secara bersama-sama.
Direktur WWF-Indonesia Region Sahul, Benja Victor Mambai mengatakan, dalam lokakarya dilakukan proses analisis wilayah hutan dengan pendekatan keruangan (spasial). Bahan yang digunakan adalah peta-peta tematik dari wilayah Unurum Guay. Pembahasan akan berkisar pada 4 prinsip HCVF dan berdasarkan keempat prinsip tersebut maka peserta dikelompokan kedalam 4 kelompok diskusi. Akhir-akhir ini angin perubahan dalam kebijakan kehutanan di Papua semakin kencang berhembus, dimana dalam pembahasan draft Perdasus tentang kehutanan, porsi pengelolaan hutan lestari oleh masyarakat adat lebih banyak disoroti sehingga kedepan peluang pengelolaan hutan oleh masyarakat adat semakin terbuka lebar. Pertanyaan yang timbul apakah masyarakat adat mampu mengelola hutan secara lestari dengan konsep-konsep umum yang dibangun bersama untuk melakukan pengelolaan hutan lestari oleh seluruh adat di tanah Papua. Untuk itu, kata Benja, guna mendorong usaha pengelolaan hutan alam yang lestari berbasiskan masyarakat adat, maka WWF-Indonesia Region Sahul memilih 2 lokasi sebagai areal yang akan dilakukan pendampingan dalam menerapkan pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat, yakni Kabupaten Merauke dan Jayapura. Sebagai langkah awal di Jayapura telah disepakati di Distrik Unurum Guay sebagai unit manajemen contoh. Ditambahkan, setelah lokakarya berlangsung maka diharapkan adanya sebuah peta wilayah prioritas hutan yang bernilai konservasi tinggi di Unurum Guay, serta adanya rekomendasi wilayah hutan yang dapat dikelola oleh masyarakat adat setempat untuk keperluan produksi.
Selain itu diharapkan timbulnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya hutan-hutan yang bernilai konservasi tinggi diwilayah mereka.