Di Sukoharjo, para petani melakukan aksi borong dengan membeli pupuk lebih awal guna menghadapi musim tanam akhir November ini. Mereka khawatir akan kesulitan mendapatkan pupuk dengan harga eceran versi pemerintah sebesar Rp 1.200 per kilogram. "Kalau harga pupuk tiba-tiba naik, kami yang kerepotan sendiri," kata Suradi, seorang petani di Nguter, Sukoharjo, kemarin.
Kepala Dinas Pertanian Sukoharjo Sri Sutarni membenarkan terjadinya pembeliaan dalam jumlah yang cukup banyak oleh para petani di daerahnya. Namun, dia menilai pembelian yang dilakukan petani tersebut masih dalam batas yang wajar. Dia melihat tidak ada upaya penimbunan pupuk untuk mencari keuntungan dengan menjualnya lagi saat pemerintah benar-benar menaikkan harga. "Mereka hanya membeli lebih banyak dari biasanya untuk persediaan, supaya saat dibutuhkan tidak perlu repot mencari. Jadi, bukan penimbunan mengantisipasi kenaikan harga pupuk," kata dia.
Menurut Sutarni, meski setiap daerah mendapatkan jatah pupuk bersubsid berdasarkan kuota yang ditetapkan di pemerintah, namun setiap kali memasuki musim tanam, kenyataan di lapangan petani selalu kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi, khususnya urea. Suradi mengatakan, daripada kebingungan mendapatkan pupuk saat tanamannya membutuhkan, dia memutuskan membeli sekarang. "Bagaimana mau menimbun, beli tiga kuintal saja harus cari pinjaman dulu kok," kata Suradi.
Kepala Perwakilan PT Pupuk Kaltim Wilayah Sukoharjo-Wonogiri, Santoso mengakui, dalam beberapa hari terakhir pembelian pupuk oleh masyarakat terhitung tinggi. Pembelian dalam jumlah besar itu terjadi setelah Menteri Pertanian Anton Apriantono menyatakan rencana pemerintah menaikkan harga eceran pupuk urea bersubsidi dari Rp 1.200 per kilogram menjadi 1.800 per kilogram pada awal 2007 mendatang.
Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2006/11/24/brk,20061124-88324,id.html