Tingkat gangguan keamanan di wilayah timur Indonesia masih lebih tinggi daripada wilayah barat. Berbagai kegiatan ilegal, seperti penyelundupan, penangkapan ikan ilegal serta pelanggaran wilayah, masih terus terjadi. "Secara politis pun, tingkat ancamannya cukup tinggi. Jadi, kita perlu membangun gelar pertahanan yang memadai untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," Slamet menambahkan. Ia menjelaskan secara geografis wilayah timur terdiri atas beberapa pulau yang jaraknya berjauhan dan sebagian merupakan laut dalam. Masih banyak wilayah bolong atau celah-celah untuk melakukan kegiatan ilegal.
Pengaruh samudra yang membentuk relief dasar laut yang tidak beraturan mengakibatkan sebagian wilayah timur Indonesia adalah perairan dalam (deep water) yang mencapai 200 meter sampai 7.000 meter. Karakter samudra kondusif bagi kapal selam musuh untuk masuk ke wilayah RI. Terkait dengan itu, Slamet menambahkan, TNI-AL akan menambah jumlah Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) dari sembilan menjadi 11, melalui pembentukan Lantamal baru di Padang dan Merauke. Tidak itu saja, TNI-AL akan mengembangkan Korps Marinir (Kormar) menjadi tiga Pasmar yang melekat pada Komando Armada Kawasan dan dua Brigif Marinir untuk mendukung kebutuhan satuan pemukul cadangan strategis dan satuan pengamanan.