Sementara di kawasan Asia Pasifik, kinerja IHSG juga menempati posisi ketiga setelah bursa saham Shanghai dan Shenzen, Cina. IHSG tumbuh 55,11 persen hingga akhir perdagangan dan ditutup pada posisi 1.805,523 atau naik 2,259 poin (0,13 persen) dibanding penutupan sehari sebelumnya. Menkeu Sri Mulyani Indrawati, mengatakan, tembusnya indeks di atas 1.800 merupakan indikasi konsistensi kepercayan investor. ''Ini hasil kebijakan pemerintah. Saya harap konsistensi ini tetap terjaga di 2007,'' kata Menkeu usai menutup perdagangan. Tahun depan, ia berharap lebih banyak lagi perusahaan yang go public sebagai pertanda ekspansi usaha dan petunjuk menggeliatnya perekonomian. Menurut Ketua Bapepam-LK, Fuad Rahmany, IHSG BEJ selama 2006 menguat 55,11 persen dari 1.162,64 di akhir 2005 menjadi 1.803,264 pada 27 Desember 2006. Sementara bursa Shanghai dan Shenzhen masing-masing naik 118,45 persen dan 95,72 persen.
Urutan keempat ditempati bursa Mumbai, India. Berikutnya berturut-turut bursa Filipina, Hong Kong, Singapura, Malaysia, Taiwan, Dow Jones, Jepang, dan Thailand. Nilai kapitalisasi pasar di BEJ naik 55,5 persen dari sebelumnya Rp 801,3 triliun menjadi Rp 1.246 triliun. Sedangkan nilai transaksi saham naik 9,11 persen dari Rp 406 triliun menjadi Rp 443 triliun. Sementara nilai transaksi rata-rata harian naik 10,18 persen dari Rp 1,67 triliun per hari menjadi Rp 1,84 triliun per hari. Sepanjang 2006 juga tercatat 12 perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham atau naik 50 persen dibandingkan sebelumnya. Namun, dari nilai emisi saham, terjadi penurunan 15 persen dari Rp 3,54 triliun menjadi Rp 3,01 triliun. Untuk emisi obligasi ada 14 perusahaan yang melakukan penawaran umum obligasi korporasi atau turun 26,32 persen. Namun, nilai emisinya meningkat 38,79 persen dari Rp 8,25 triliun menjadi Rp 11,45 triliun. Meningkatnya kinerja indeks itu, kata Fuad, karena membaiknya fundamental makroekonomi yang ditunjukkan oleh turunnya inflasi dan BI Rate serta naiknya peringkat surat utang Indonesia. ''Ini artinya investor memberikan kepercayaan ke Indonesia,'' kata Fuad. Kenaikan indeks 2006 mulai terlihat di kuartal keempat, seiring dengan prediksi membaiknya perekonomian 2007. Namun Fuad juga memaklumi, pesatnya kinerja bursa saham tersebut belum diikuti sektor riil. ''Tingkat investasi cenderung masih stagnan,'' katanya.
Dirut BEJ, Erry Firmansyah, menjelaskan, price earning ratio (perbandingan harga saham dengan laba per saham) per 27 Desember tercatat 14,64 kali. PER BEJ ini lebih baik dibanding Malaysia yang 22,97 kali dan Singapura 16,27 kali. ''Selisih PER yang besar itu menunjukkan masih besarnya peluang investor untuk berinvestasi di BEJ,'' kata Erry. Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, memperkirakan IHSG bisa melaju hingga ke level 2.000-2.200. Prediksinya berdasarkan terawangan atas kondisi makroekonomi yang makin membaik, meski dibatasi penurunan BI Rate yang tak sedrastis 2006. Apalagi ekonomi dunia diperkirakan bakal tak seburuk tahun lalu. Sinyal AS yang akan menurunkan suku bunganya sejalan dengan berkurangnya tekanan inflasi serta anjloknya harga minyak dunia, bakal mendorong kinerja ekonomi dunia. ''Ini akan positif terhadap perdagangan saham tahun depan,'' katanya.