Hasil kunjungan ke beberapa bandara, petugas BMG melaporkan banyak pilot yang tidak mengambil dan mempelajari peta cuaca untuk rute penerbangannya, mereka mengaku sering 'dilewatkan', kata Mezak A Ratag di sela-sela pencanangan Tahun Internasional Planet Bumi 2007-2008 di Bandung, Sabtu. Tidak jarang, menurut dia, peta cuaca itu diambilkan oleh orang lain artinya tidak dilakukan oleh pilot yang akan menerbangkan pesawat itu. Padahal, lanjut dia, dalam penerbangan itu tidak boleh ada satu langkahpun prosedur yang dilewati karena resikonya besar. Dikatakannya, di luar negeri seorang pilot harus brefing, dia harus pelajari sendiri peta cuaca itu di ruang khusus dengan petugas BMG. Lembaran peta cuaca itu menurut Mezak hanya satu lembar, plus satu lembar lainnya gambar dari cuaca dari satelit. "Seharusnya seorang pilot datang ke ruang BMG dan mempelajari cuaca di sana", katanya. Ia menegaskan tidak boleh ada anggapan karena sudah terbiasa terbang di jalur itu ujung-ujungnya mengabaikan prosedur.
"Yang namanya cuaca bisa tidak sama dengan hari-hari sebelumnya, contohnya siapa sangka pada awal Januari ini ada 'jet equator' di kawasan di wilayah Timur", ucapnya. Ia menyebutkan, data peta cuaca itu satu jam sebelum take off sudah tersedia dan menunjukan cuaca di sepanjang jalur yang akan dilewati yang memberikan informasi kecepatan angin, wilayah hujan, wilayah pembentukan awan serta turbulansi udara. Lebih lanjut Mezak A Ratag menyebutkan, belum semua bandara dan lapangan udara di Indonesia dilengkapi dengan ruangan BMG dan penempatan personil BMG di sana. "Idealnya bandara atau lapangan udara yang melayani jalur komersil harus ada ruangan BMG-nya", katanya. Ia menyebutkan salah satu bandara yang belum ada BMG-nya adalah Bandara Husein Sastranegara Bandung.