Demikian disampaikan Presiden Yudhyono saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Segitiga antara Indonesia, Malaysia dan Thailand di Hotel Shangri-la, Cebu, Filipina, Jumat (12/1). Sebelumnya, di tempat yang sama, Presiden juga menghadiri KTT empat negara Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina East Asia Growth Area (BIMP EAGA) ke-3. Presiden didampingi sejumlah menteri di antaranya Menko Perekonomian Boediono, Mendag Mari Elka Pangestu, Menlu Hassan Wirajuda dan menteri lainnya. Pertemuan regional Asean dilakukan sebelum dilakukan KTT Asean ke-12, Sabtu (13/1). “Peta jalan yang ditandatangani ini menjadi strategi yang sangat baik, yaitu dengan lebih difokuskannya tujuan dan sasaran kerjasama pertumbuan segitiga sekawasan. Peta jalan itu juga akan menyediakan petunjuk dan rekomendasi yang konkret untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemakmuran masyarakat di sub kawasan, serta mendukung inisiatif integrasi ASEAN,“ ujar Presiden, yang kali ini menjadi Ketua Growth Triangle.
Menurut Presiden Yudhoyono, peta jalan yang akan diteken juga akan membuat pemerintah negara anggota-anggota segitiga mengidentifikasi persyaratan – persyaratan kerjasama dan memformulasikan secara harmonis, untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berusaha. “Peta jalan itu juga sangat membantu untuk memastikan kelanjutan jangka panjang bagi kekuatan pertumbuhan ekonomi segitiga tersebut,” tambah Presiden. “Kita semua, termasuk para pemimpin dari negara-negara anggota, harus memberikan komitmen. Tidak hanya untuk mendukung peta jalan tersebut, akan tetapi juga untuk implementasinya dengan semangat yang tinggi, sehingga ini akan berjalan lima tahun mendatang sebagaimana telah dijadwalkan,“ lanjut Presiden.
Pertumbuhan sekawasan. Sementara, menurut Menko Perekonomian Boediono, yang ditanya seusai pertemuan segitiga pertumbuhan ekonomi, mengatakan bahwa kerjasama yang diwujudkan negara-negara regional di Asean, khususnya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekawasan. Sebelumnya, Boediono meneken MoU Growth Triangle Roadmap Development 2007-2011.
Seusai pertemuan BIMP EAGA, pimpinan pemerintahan empat Negara menyaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) The expansion on air linkages, yaitu perjanjian mengenai hubungan udara antar-empat negara untuk bebas memasuki pelabuhan udara yang ditunjuk. Sebaliknya, juga berhak mengambil penumpang untuk dibawa ke tempat tujuan tanpa kembali ke tempat keberangkatan semula. Penandatangan dilakukan Menlu, mengingat Menteri Perhubungan Hatta Radjasa tak bisa mengikuti kunjungan Presiden karena alasan tengah mengkoordinasi pencarian pesawat AdamAir dan KM Senopati Nusantara. Hassan menyatakan bahwa dengan kerjasama itu, untuk transportasi udara, Indonesia menetapkan Bandar Udara Pontianak dan Balikpapan, sebagai pintu gerbang bagi lalulintas hubungan ekonomi di Pulau Kalimantan. Sedangkan pelabuhan laut Bitung juga ditetapkan sebagai pintu gerbang ekonomi di kawasan Sulawesi.
“Ini akan mempermudah pengangkutan barang dan jasa di kawasan empat negara ini. Selama ini, produk dari empat negara ini tergolong mahal, karena secara fisik hubungan antara kawasan itu Belum memadai,” aku Hassan. Sejauh ini, tercatat, ada sejumlah maskapai penerbangan Indonesia yang menerbangi kawasan empat negara. Penerbangan itu antara lain Batavia Air yang menerbangi rute Pontianak-Kuching (Malaysia) tiga kali semingu. Berikutnya Merpati Airline dengan rute Manado-Davao (Filipina ) sekali seminggu. Juga Sriwidjaja Air dengan rute Gorontalo-Manado-Davao dua kali seminggu. Adapun Mari Elka Pangestu menyatakan, penandatangan kerjasama Negara-negara BIMP EAGA, sebenarnya juga untuk meningkatkan perdagangan antara penduduk di perbatasan empat Negara tersebut. “Nunukan di Kalimantan akan kita buat pasar, untuk perdagangan antar penduduk di perbatasan. Mereka akan diberikan surat imigrasi untuk saling berdagang dengan tidak melanggar aturan pajak maupun kepabeanan. Ini supaya pertumbuhan ekonomi di kawasan itu juga meningkat,” ujar Mari.