Untuk memaksimalkan upaya penyelidikan oleh jajaran Polda, penanganan kasus keributan di Timika, Papua akan diselesaikan pula dengan cara pendekatan budaya setempat.
"Sampai saat ini petugas masih memaksimalkan upaya agar bisa menghentikan keributan antara kelompok yang bertikai di Timika. Petugas juga menyiapkan cara pendekatan budaya diharapkan dapat membantu mempercepat penyelesaian di lapangan, "penanganan kasus di Timika tidak mudah seperti upaya penyelesaian peristiwa keributan lain. Pertimbangannya, di Timika atau Papua umumnya, banyak terdapat suku-suku dengan adat dan budayanya masing-masing. Keributan pekan lalu itu diduga terkait erat dengan masalah adat, sehingga upaya penuntasannya juga harus lewat pendekatan budaya setempat.
Namun demikian, Polda Papua terutama petugas yang menangani langsung di lapangan, terus berupaya melakukan pencegahan agar kejadian tersebut jangan sampai dimasuki oleh pihak ketiga yang ingin mengail di air keruh.
selama ini penyelesaian perkara adat di Papua juga dilakukan dengan cara adat. Sedangkan terkait dengan keributan di Timika, hal-hal yang mengarah kepada kriminal tetap diselidiki dan akan dilakukan proses hukum. Untuk itu, aparat berupaya mencari akar persoalan agar dapat dijadikan bukti penyelidikan.
Untuk menyelesaikan pertikaian antara Suku Nduga (bukan Dungga seperti diberitakan Senin, 7/6) dan suku Damal di Kelurahan Harapan Kwamki Lama, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, pihak Kepolisian telah melakukan pendekatan kepada berbagai pihak.
Kapolres Mimika AKBP Drs Paulus Warterpauw ketika dihubungi Senin (8/6) pagi, mengatakan, Kapolda Papua Irjen Timbul Silaen dan Polres Mimika, telah melakukan pendekatan kepada tokoh adat, tokoh agama, serta Kepala Perang Suku Damal Elmy Murib dan Kepala Perang Suku Nduga Diky Murib di tempat yang berbeda.
"Kapolda mengatakan agar kedua suku lebih baik menyelesaikan masalahnya secara hukum adat. Itu lebih mulia, " ujar Kapolres Mimika.
Dikatakan. hingga Selasa pagi aparat Kepolisian masih berjaga-jaga di lokasi kejadian.
Bertindak Cepat
Menyikapi terjadinya pertikaian berdarah yang menewaskan dua orang dan 33 lainnya luka-luka, Sabtu (5/6) lalu itu, Wakil Ketua Dewan Adat Papua, Tom Beanal, yang dihubungi di Jayapura, Senin, mengharapkan agar Pemerintah Kabupaten Mimika beserta aparat keamanan menangani masalah ini secepatnya.
Dia berharap agar pemerintah menyelesaikannya dan tidak melimpahkannya kepada tokoh-tokoh adat, karena tokoh adat bukan pemadam kebakaran, yang begitu datang masalahnya langsung selesai.
"Kami minta supaya tidak boleh terjadi lagi perang di Timika. Sudah cukup pertumpahan darah waktu mau pemekaran provinsi. Sekarang jangan lagi karena itu hanya merugikan masyarakat Papua,'' katanya.
Sebelumnya, Kapolres Mimika Paulus Waterpauw mengatakan, persoalan ini merupakan akumulasi dari sekian banyak persoalan yang tidak sempat diselesaikan secara tuntas.
Hubungan Keluarga
Dikemukakan, pertikaian ini berawal pada Sabtu dini hari sekitar pukul 05.00 WIT saat terjadi aksi serang oleh suku Damal terhadap suku Nduga, yang dibalas oleh suku Nduga pada pukul 07.00. Akibat saling serang sedikitnya puluhan orang mengalami luka-luka dari kedua kelompok. Seorang polisi terluka terkena panah. serta dua orang Korban meninggal akibat terkena panah.
Menurut Kapolres, sejak peristiwa terjadi pihaknya langsung menurunkan aparat untuk mengamankan situasi dan menengahi kedua kelompok yang bertikai.
Lanjut kapolres bahwa , kedua kelompok yang bertikai masih punya hubungan keluarga. Dalam perang suku ini Masing - masing kelompok diperkirakan menurunkan massanya antara 1.500 - 2.000 orang.