Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua dalam tahun ini merencanakan pembangunan Balai Benih Ikan Sentral di wilayah Genyem Kabupaten Jayapura. “Saat ini telah dilakukan pembebasan lahan sekitar 5 hektar disana. Kemudian dalam waktu dekat pula, bukti pembebasan tanah ini akan dikirimkan ke Jakarta, sehingga dapat segera dianggarkan pembangunannya oleh Departemen Kelautan RI,” demikian dikemukakan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua, Ir. Astiler Maharadja, diruang kerjanya, pekan kemarin. Dikatakan, pembangunan BBIS ini bertujuan memproduksi calon-calon induk unggul ikan, untuk kemudian disebarkan ke BBI-BBI (Balai Benih Ikan) yang ada di Kabupaten se-Papua. BBIS ini juga akan mensuplai induk unggul kepada para UPR atau Unit Perikanan Rakyat, guna mendukung perkembangbiakan ikan air tawar di Papua. “Pembangunan BBIS ini penting karena tanpa induk unggul maka hasil ikan akan jelek,” tegasnya. Sementara itu, BBIS ini akan memproduksi rekayasa teknologi budidaya baik genetika maupun pakan. Dengan rekayasa genetika ini, hasil bibit ikan akan jauh lebih baik. “Kita akan mengembangkan rekayasa genetika ini layaknya BBIS di Tatelu Manado yang bisa memproduksi hasil ikan jantan semua atau betina. Tinggal kita programkan apakah dalam satu reproduksi rekayasa genetika kita buat jantan yang lebih banyak atau betinanya yang lebih banyak,” aku Astiler. Menurut Astiler untuk mendukung pembudidayaan ikan air tawar, diperlukan benih-benih ikan yang baik, karena tanpa adanya dukungan benih yang baik, usaha pembudidayaan ikan akan tidak maksimal. Oleh karena itu, amat dirasa perlu membangun BBIS, guna mendukung kegiatan produksi benih-benih ikan yang baik untuk kemudian disuplai kepada masyarakat yang saat ini tidak sepenuhnya dapat dipenuhi oleh BBI local. “Kita akan berupaya agar supaya pembangunan BBI ini dapat dilakukan pembangunannya dalam waktu yang tidak terlalu lama. Kami harap BBIS ini bisa direalisasikan dalam tahun ini juga mengingat pentingnya kebutuhan BBIS dalam menunjang pembudidayaan ikan air tawar oleh masyarakat di Papua,” tutur Astiler.