"Dalam upaya pembangunan perkebunan di Papua kedepan, kebijaksanaan umum yang ditempuh diantaranya memantapkan kelembagaan petani maupun organisasi serta pengusaha kecil dan menengah disamping memperluas kesempatan kerja, guna meningkatkan pendapatan petani dan peningkatan devisa. Disisi lain, Dinas Perkebunan ikut merangsang terjadinya pembangunan yang berkelanjutan sejak proses on farm - off farm serta mengintegrasikan dan mensinkronisasikannya secara vertikal maupun horizontal, semua sumber daya yang ada sehingga dapat tercipta harmonisasi ekologi, ekonomi sosial dan budaya. Hal demikian dianggap perlu, untuk memacu penataan terhadap penguasaan dan pengusahaan aset produksi penciptaan kinerja yang efisien, produktivitas tinggi dan mutu hasil yang memiliki daya saing tinggi. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Papua, Ir.Melkias Monim, mengatakan guna mendukung terwujudnya tujuan kebijakan umum itu, ikut dilakukan pensinergian pemecahan isolasi wilayah, peningkatan sumber daya manusia bagi petani dan pengembangan kawasan sentra produksi yang ekonomis. Upaya ini meliputi strategi pelaksanaan melalui pendekatan potensi dan aksebilitas sumber daya alam, serta sosial kultural masyarakat dengan menghindari adanya sistim pembukaan lahan secara pembakaran.Tak ketinggalan system kelembagaan petani pun ikut dibina secara berkelanjutan agar menjadi lebih handal Dikatakan Melkias Monim, dalam perkembangan ekonomi negara yang masih dilanda berbagai krisis, nampak sub sektor perkebunan masih memberikan peluang untuk lebih meningkatkan peranannya. Hal tersebut dikarenakan, dalam upaya peningkatan produktivitas dan kualitas usaha perkebunan, data statistik menunjukan bahwa produktivitasnya masih rendah, terutama pada perkebunan rakyat yang masih dibawah potensi yang dapat dicapai apabila menggunakan input teknologi tepat guna. Hal lain, lanjut Monim, dalam upaya peningkatan nilai tambah pada usaha industri perkebunan yang sudah ada, pengalaman menunjukan bahwa nilai tambah terbesar dari komoditas perkebunan dihasilkan pada proses pengolahan pada tahap tengah dan hilir, sedangkan dihulu pekebun mendapatkan nilai tambah yang lebih rendah, dengan resiko dan ketidakpastian yang justru lebih tinggi. ”Jadi ini memang perlu mendapat perhatian yang lebih. Karena pada umumnya produksi yang dihasilkan dan dipasarkan oleh Perkebunan Rakyat, masih pada produksi hulu, yang pada gilirannya penerimaan yang diperoleh relatif rendah atau tidak ada nilai tambah. Disamping itu, pengembangan komoditas perkebunan, mengacu pada kesesuaian wilayah dengan pendekatan Kawasan Sentra Produksi disingkat (KSP), sehingga diharapkan dapat terbentuk kawasan andalan yang memiliki keunggulan komparatif dan dapat dikembangkan menjadi keunggulan kompetitif, ”katanya.