"Bulan Maret 2007, Kota Jayapura kembali mengalami inflasi sebesar 0,32 persen dimana pada bulan Januari dan Februari, kota ini juga mengalami inflasi. Penyebabnya adalah adanya kenaikan angka indeks dari 165,01 pada bulan Februari menjadi 165,53 pada bulan Maret. Inflasi yang terjadi pada bulan Maret di Kota Jayapura pun cenderung disebabkan oleh kenaikan harga-harga bahan makanan. Kenaikan harga itu ditunjukan oleh naiknya indeks pada 4 kelompok barang dan jasa, yakni kelompok bahan makanan 1,21 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 1,67 persen, kelompok sandang 0,04 persen dan kelompok kesehatan 0,59 persen. Hal tersebut dikemukakan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Papua, Ir. JA. Djarot Soetanto, MM pada peluncuran Berita Resmi Statistik (BRS) yang diadakan serentak diseluruh Indonesia, bertempat di Sasana Gamma, Kantor BPS Papua, Senin (2/4) kemarin. Menurut Djarot, di bulan Maret 2007 ini, kelompok-kelompok komoditi memberikan andil/sumbangan inflasi adalah, kelompok bahan makanan 0,47 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,31 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar –0,47 persen; kelompok sandang 0,00 persen; kelompok kesehatan 0,02 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,00 persen; serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan –0,01 persen.
"Kemudian, untuk laju inflasi bulanan terjadi sebesar 0,32 persen lebih tinggi dibanding nasional 0,24 persen. Hal yang sama terjadi pada laju inflasi tahun kalender (Januari – Maret) 2007, yang mencapai 4,93 persen, lebih tinggi dibanding nasional yakni 1,191 persen. Sama halnya dengan laju inflasi ”year on year” (Maret 2007 terhadap Maret 2006) sebesar 11,74 persen, lebih tinggi dibanding nasional sebesar 6,52 persen. Secara umum, Djarot menggambarkan, perubahan indeks pada bulan Maret dari 45 Kota tercatat sebanyak 36 Kota mengalami inflasi dan 9 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi ditingkat nasional terjadi di Sibolga 1,91 persen dan inflasi terendah tingkat nasional/Sumapua (Sulawesi, Maluku dan Papua) terjadi di Ternate 0,04 persen untuk inflasi tertinggi pada tingkat Sumapua tertinggi di Ambon Sedangkan deflasi terbesar ditingkat nasional terjadi di Batam 0,50 persen, dan deflasi terkecil tingkat nasional di Tegal 0,01 persen. Untuk tingkat Sumapua, lanjutnya, tidak ada kota yang mengalami deflasi. “Dengan demikian, ukuran Range perubahan indeks dari 45 Kota IHK, yaitu –0,09 s/d 0,01 persen terdapat 9 Kota; 0,00 s/d 0,99 persen terdapat 29 (termasuk Kota Jayapura); ≥ 1,00 persen terdapat 7 kota,” katanya.
"Ditambahkan, inflasi yang terjadi pada bulan Maret di Kota Jayapura, juga dipengaruhi oleh kenaikan indeks yang cukup signifikan, yakni pada sub kelompok buah-buahan, sub kelompok obat-obatan, sub kelompok ikan segar dan hasil-hasilnya serta sub kelompok makanan jadi. Sedangkan sub kelompok yang berperan menahan laju inflasi pada bulan Maret, yakni sub kelompok ikan diawetkan, sub kelompok bumbu-bumbuan serta sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air. Disisi lain, komoditi yang sangat dominan memberikan sumbangan inflasi umum, yaitu ikan cekalang, ekor kuning, pepaya, mie, beras, daging babi, sate, udang basah, minyak goreng, daun singkong, nasi dan nangka muda. Sedangkan andil komoditi yang cukup berperan menahan laju inflasi umum adalah minyak tanah, cabe rawit, ikan teri, ikan bubara, ikan deho, ikan merah, cabe merah, kawalina, telur ayam ras, cekalang asap dan sagu. kemudian rokok kretek filter, kangkung, angkutan udara, rokok kretek dan kacang panjang.