"Pertumbuhan yang masih minus pada salah satu komponen penggunaan tersebut disebabkan adanya luncuran pada tahun anggaran 2006," katanya di Jakarta kemarin. Karena itu, kata dia, pada tiga bulan pertama tahun lalu, belanja barang menjadi lebih tinggi. Akibatnya, pertumbuhan belanja barang dan modal tahun ini negatif. Mantan menteri PPN/Kepala Bappenas tersebut menyatakan, Tahun lalu ada Belanja Pemerintah yang belum selesai dan belum habis. Karena itu, DPR dan Pemerintah setuju sama-sama diluncurkan sekitar Rp 15 triliun, boleh dibelanjakan Januari, Februari, dan Maret 2006. "Jadi, Tahun lalu, belanjanya tinggi karena itu belanja Tahun 2005 yang belum selesai," ujar Ani, panggilan akrab Sri Mulyani. Sebagaimana diberitakan, Konsumsi Pemerintah tumbuh 4,3 persen. Namun, pertumbuhannya hanya ditopang Belanja Pegawai yang tumbuh 5,9 persen. Belanja barang dan modal malah minus 3,7 persen. Secara umum, ekonomi pada triwulan I tahun ini tumbuh 6,0 persen.
Dia juga menyatakan, jika tidak memperhitungkan luncuran belanja 2006, pertumbuhan Belanja Barang Pemerintah bakal positif. "Seandainya 2006 tidak ada luncuran, kita lebih tinggi," ujarnya. Meski demikian, dia tetap berjanji memperbaiki penyerapan belanja untuk ikut mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Menko Perekonomian Boediono menjelaskan, Pemerintah bakal menggenjot lagi belanjanya pada triwulan II 2007. "Saya kira nanti ada kenaikan pembelanjaan yang cukup berarti. Sebab, Tahun lalu memang ada luncuran dari Tahun sebelumnya, sehingga angkanya tidak normal," katanya. Untuk mendorong hal tersebut, Pemerintah pusat juga butuh partisipasi Pemerintah Daerah. "Daerah kan diminta segera menyiapkan APBD," tegasnya. Selain Daerah, kata Boediono, sejumlah sektor berupaya mempercepat pengeluaran. Karena itu, dia optimistis pertumbuhan bakal meningkat terus. Menurut dia, irama pertumbuhan Tahun lalu perlu diulang Tahun ini. Yakni, ketika pertumbuhan triwulan pertama masih agak rendah, lalu meningkat terus dari triwulan kedua sampai pada puncaknya di triwulan keempat. "Kalau itu bisa kita ulang, artinya kuartal I saja sudah 6 persen, kuartal berikutnya harus di atasnya," ungkapnya.
Managing Director Econit Advisory Group Hendri Saparini menyatakan, pencapaian pertumbuhan ekonomi masih banyak ditopang konsumsi swasta. Menurut dia, pengeluaran Pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dibandingkan swasta. "Menurut saya, pertumbuhan ekonomi tidak menunjukkan perbaikan di APBN, tapi hanya ditopang swasta. Hingga Tahun depan, pengeluaran swasta tetap akan diandalkan. Sebab, ekspor belum menggembirakan," ujarnya kemarin. Beberapa ekonom, kata dia, telah berpendapat, target pertumbuhan ekonomi 6,3 persen pada Tahun ini sulit dicapai. Alasannya, laju pertumbuhan ekonomi melambat per kuartal pertama dan anjloknya daya beli masyarakat yang ditandai penurunan penjualan produk makanan, elektronik, serta kendaraan bermotor hingga 60 persen.
Dengan fakta tersebut, hampir dipastikan target 6,3 persen sulit dicapai. Sebab, secara teknis dibutuhkan pertumbuhan rata-rata minimal 6,74 persen pada tiga kuartal ke depan. "Masih ada perlambatan ekonomi. Kenaikan harga BBM tahun lalu dan kebijakan uang ketat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Tahun ini," ungkapnya. Wanita berkacamata tersebut mengungkapkan, gagalnya pencapaian target pertumbuhan ekonomi hingga kuartal pertama Tahun ini lebih disebabkan adanya kesalahan perencanaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). "Selama Dua Tahun berturut-turut, Pemerintah gagal mencapai target pertumbuhan. Sangat mungkin target pertumbuhan ekonomi Tahun ini yang 6,3 persen juga tidak tercapai," katanya.