Berdasarkan hasil pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua, laju inflasi yang terjadi pada Bulan Januari 2008 mengalami peningkatan tajam, yakni sebesar 3,33 persen. Inflasi yang terjadi di bulan Januari lalu, merupakan inflasi tertinggi selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
Disusul sub kelompok yang sangat signifikasi mengalami kenaikan indeks, yaitu pada sub kelompok kacang-kacangan sebesar 32,11 persen dan ikan segar sebesar 13,76 persen. Menurut Kepala BPS Papua, Ir. JA. Djarot Soetanto, MM kenaikan ini juga dipengaruhi oleh krisis energi yang terjadi di tanah air sehingga mendorong pembuatan biofuel dari kedelai sehingga harga jual komoditi ini menjadi tinggi.
Disisi lain, tidak lancarnya distribusi barang ikut menjadi pemicu kenaikan inflasi yang disusul tingkat kemahalan transportasi yang terjadi di Papua. “Jadi kalau ini dibiarkan terus tentu saja daya beli masyarakat akan menjadi berkurang. Sebab barang-barang akan menjadi mahal dan tentu ini mempengaruhi daya beli,” jelas Djarot saat memberikan keterangan pers di Sasana Gamma Kantor BPS Papua, Jumat (1/2) kemarin. Djarot mengatakan, beberapa komoditas memberikan andil selama bulan Januari 2008 antara lain, ekor kuning 0,63 persen, kue basah 0,38 persen, ikan kembung 0,30 persen, bawang merah 0,29 persen. Namun, adapula beberapa komoditas yang mengalami penurunan indeks yakni kangkung 0,10 persen, bayam 0,05 persen, cabe rawit 0,04 persen, sawi hijau 0,03 persen, dan ketela pohon 0,02 persen.
Ia menambahkan, selain Papua, semua kota yang ada di Indonesia mengalami inflasi. Inflasi tertinggi ditingkat nasional terjadi di Palangkaraya sebesar 5,02 persen, sedangkan untuk tingkat Sumapua (Sulawesi, Maluku dan Papua) terjadi di Ambon sebesar 3,90 persen dan inflasi terendah ditingkat nasional maupun Sumapua terjadi di Manado sebesar 0,10 persen.