Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memprediksikan Provinsi Papua merupakan wilayah yang paling rawan gempa di nusantara. Oleh sebab itu, masyarakat diwilayah ini diminta meningkatkan kewaspadaan dalam setiap aktifitasnya sehari-hari. Demikian kepada ditegaskan Deputy Sistem Data dan Informasi Badan Meteorologi Pusat, Dr. P.J. Prih Harjadi kepada pers usai membuka Rapat Kerja Teknis (Rakernis) BMG Wilayah V Jayapura, di Swiss Belhotel Jayapura, Kamis (13/3).
Ia mengatakan, berdasarkan geofisika, wilayah Papua termasuk daerah yang paling aktif dari sisi kegempaannya. “Terutama di Papua bagian utara, termasuk pula berpeluang menimbulkan tsunami. Seperti kita ingat tahun 1996 pernah terjadi gempa dengan kekuatan 8 skala richter di Biak dan menimbulkan tsunami yang besar, sehingga Biak bagian utara betul-betul terkena hantaman gelombang itu,” ungkapnya.
Menurutnya, potensi bencana lainnya juga cukup rawan, misalnya longsor di Dok II Jayapura yang mengakibatkan 11 orang meninggal, kemudian terkait putting beliung pernah terjadi beberapa kali di beberapa tempat, selanjutnya terkait banjir terjadi di beberapa daerah, mulai dari Sentani, Keerom, Serui dan seterusnya. “Termasuk gelombang tinggi juga beberapa kali terjadi,” katanya. Ia mengatakan, saat ini BMG Pusat akan membangun 30 hingga 35 radar cuaca. Pembangunan radar tersebut bertujuan agar dapat memantau perubahaan cuaca secara cepat.
“Tahun 2006, BMG telah membangun 4 unit yaitu di Aceh, Padang, Subaya dan Manado. Kemudian tahun 2007 telah dibangun 3 unit Yaitu di Biak, kemudian di Pontianak dan di Lampung,” paparnya. Ia menambahkan, pada tahun2008 ini akan dibangun tiga unit lagi, yaitu di Jakarta, Semarang dan Denpasar. Sementara itu, untuk wilayah Papua, sedang dirancang pula pembangunan radar cuaca yang akan dipasang di Kota Jayapura, Kabupaten Timika, Merauke dan Sorong. “Program pembangunan radar cuaca ini merupakan bagian dari suatu program yang kita namakan meteorogical early warning system. Ini suatu program untuk memberikan informasi dini terkait bencana yang timbulkan oleh cuaca,” ungkapnya.
“Target kita mulai 2006 hingga 2010, dan pelaksanaannya sangat tergantung kemampuan keuangan pemerintah. Kemudian terkait program Tsunami Early Warning Sistem, target kita tahun ini selesai, yaitu dengan memasang 160 Sesmo, kemudian ada jaringan yang dia pasang di tengah laut, kemudian beberapa regional center dan national center dan sebagainya, dimana target tahun ini semua sudah bisa selesai,” pungkasnya.