Ancaman terbesar dimasa mendatang yang mungkin muncul dalam epidemi HIV/AIDS di Tanah Papua adalah semakin meningkatnya (hampir 2 kali lipat) jumlah penderita pada usia muda, yakni 1 - 15 tahun dan perempuan pada usia subur. Dengan kata lain, anak pada usia balita hingga umur produktif SMU/SMK dan ibu-ibu rumah tangga, kini berada dalam kondisi terdampak terinfeksi HIV/AIDS.
Bila kondisi demikian tidak disertai dengan upaya penekanan dan pencegahan yang serius, maka dampak yang akan terjadi, antara lain terjadinya pembengkakan biaya pengobatan dan perawatan terhadap anak yang terinveksi virus HIV/AIDS, serta meningkatnya jumlah anak yatim piatu karena meninggalnya orang tua akibat terinveksi virus mematikan ini. Menurut Walikota Jayapura, Drs. MR. Kambu, bila kondisi dimaksud ini tidak mendapat pencegahan yang cepat maka akan meningkatkan beban keluarga, baik
secara ekonomi, sosial dan psikologis, karena harus memelihara dan merawat anak-anak yatim piatu dan adanya penurunan kualitas generasi muda dan kelangsungan hidupnya.
Sebab para anak yatim rentan menjadi anak terlantar dan korban kekeraasan secara seksual dan fisik maupun ekonomi. Demikian dikatakan Walikota Jayapura, MR. Kambu pada acara pembukaan workshop tentang perlindungan, dukungan dan perawatan (care support & treatment / CST) bagi anak dan perempuan yang berdampak HIV/AIDS berbasis
agama, bertempat di Lantai VIII Hotel Yasmin Jayapura, Senin (14/4). Walikota menyadari sepenuhnya, bahwa hingga saat ini usaha sektor perlindungan, dukungan dan perawatan dirasa masih sangat kurang dan belum mendapat perhatian utama. Pada satu sisi, hal ini disebabkan belum adanya rencana aksi atau kebijakan riil (konkrit) secara komperehensif baik di tingkat provinsi, kabupaten dan kota, terhadap penanganan anak-anak dan perempuan usia subur yang terdampak terinfeksi HIV/AIDS.
Dengan memperhatikan fenomena yang terjadi ini, lanjutnya, maka melalui kegiatan workshop diharapkan dapat membangun dialog untuk mencari solusi dan menemukan terobosan-terobosan baru guna merumuskan satu rekomendasi tentang kebijakan, pelaksanaan dan rencana aksi yang lebih konkrit tepat dan terarah. Termasuk pendanaannya, sehingga dapat membuahkan hasil yang sebesar-besarnya bagi kepentingan anak-anak dan perempuan yang terdampak terinfeksi virus HIV/AIDS.
Kegiatan workshop ini, dibuka secara resmi oleh Walikota Jayapura, MR. Kambu. Para peserta yang mengikuti kegiatan ini berasal dari institusi agama, dan instansi terkait tingkat Provinsi Papua, dan Kota Jayapura. Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Jayapura, Binton Nainggolan dalam laporannya mengatakan, tujuan pelaksanaan workshop antara lain mengembangkan pemahaman atau kesepakatan bersama dalam kesenjangan pendanaan dan memastikan sebuah mekanisme supervise dan monitoring bersama untuk memastikan bahwa program dan dana yang disalurkan tepat pada sasaran.