JAYAPURA - Ketua DPRD Papua Barat Jimmy Demianus Idjie mengaku kontrak ekspor gas alam cair (LNG) Tangguh tidak membawa keuntungan bagi daerah. Menurutnya, renegosiasi kontrak LNG hanya untuk dinikmati oleh Jakarta dan penguasa di pusat. Oleh karena itu, Ia sangat setuju apabila dalam renegoisasi itu melibatkan rakyat Papua dan pemerintah daerah IJB. “Barangnya kan belum ada, dia baru produksi pada 2009, itu baru diekspor. Andaikata sekarang Pemerintah Cina menolak karena terjadi persoalan politik dalam negeri, sekarang mampukah presiden dan jajarannya mencari pembeli”katanya lagi. Jimmy juga menyinggung proyek LNG Tangguh jangan dipermainkan untuk kepentingan politik. Sebab jika pusat menilai Kontrak LNG Tangguh merugikan, dimana sinyalemen Kamar Dagang dan Industri (Kadin) soal 50 diantara 70 kontrak ekspor gas alam cair (LNG) yang diteken sejak awal 2000 berpotensi merugikan negara dan perlu direnegoisasi. Padahal didepan mata, kontrak karya PT Freeport Mc Moran telah berpuluh-puluh tahun tidak membawa kemajuan bagi rakyat Papua. “Dimana keadilan. Pemerintah juga harus transparan soal itu, ”ujarnya. Sementara itu Mantan Gubernur Papua, Freddy Numberi yang kini menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan setuju apabila eksport LNG Tangguh yang berlokasi di Distrik Babo - Kabupaten Teluk Bintuni – Papua barat direnegoisasi, asalkan dengan catatan kontrak dari ekspor harus diperbaiki. Kepada wartawan saat berada di Jayapura, Numberi mengatakan Wapres Yusuf Kalla sendiri meminta kontrak diperbaiki. Karena dari aspek perkembangan di lapangan keadaan harga gas naik, sementara kontrak itu tidak menguntungkan Indonesia. Menurutnya wajar bila Indonesia perlu minta diperbaiki, bahkan kalau bisa tidak perlu diprokontrakkan. Banyak orang menganggap kontrak itu sakral, kontrak itu tidak bisa diganggu gugat dan sebagainya. Tetapi sebagai bangsa Indonesia ingin dalam konteks membangun bangsa ini, hal-hal yang menguntungkan bangsa harus dibicarakan baik-baik untuk diperbaiki. “Saya yakin kalau bicara baik-baik dengan pihak BP Tangguh, kita ajak untuk duduk bersama, mereka juga mau melihat karena mereka tahu bahwa itu bukan sesuatu yang keluar dari kita, dari konteks perkembangannya sendiri,” jelas Numberi.(erwin)**