"Provinsi Papua sangat memerlukan pembangunan infrastruktur fisik yang harus dilakukan secepatnya, guna menunjang proses pembangunan diwilayah ini. Infrastruktur fisik itu, antara lain sarana dan prasarana telekomunikasi, transportasi, dan irigasi pertanian yang dinilai sangat mendesak. Hal demikian sebagaimana ditegaskan Direktur Nasional World Vision, Trihadi Saptohadi disela-sela acara pembukaan seminar sehari peringatan 30 Tahun WVI, di Lantai VIII Hotel Yasmin Jayapura. Menurut Trihadi Saptohadi selain perlunya pembangunan infrastruktur, pembangunan manusia Papua yang seutuhnya harus pula menjadi prioritas. Dengan kata lain, alokasi sumber daya dan dana bagi investasi pendidikan maupun kesehatan anak harus cukup dan bahkan harus lebih besar dari rata-rata alokasi nasional agar anak-anak Papua mampu bersaing tidak hanya ditingkat nasional namun juga ditingkat global. “Sebab ini bukan impian yang tidak berdasar. Prof. Yohanes Surya membuktikan bahwa anak Papua bila mendapat kesempatan yang sama tidak akan kalah dengan anak-anak diluar Papua,†tuturnya.
Sementara dalam refleksi 30 tahun usia pelayanan lembaga kemanusian WVI di Papua, lembaga kemanusiaan ini, Kamis kemarin mengadakan seminar yang mengangkat tema “semua karena anugerahâ€Â. Seminar sehari itu dilaksanakan di Hotel Yasmin Jayapura yang dihadiri 200 peserta dari kalangan pemerintah, mitra LSM, tokoh masyarakar dan gereja. Dengan memfokuskan pada bidang pendidikan dan kesehatan, seminar ini menghadirkan sejumlah pembicara, seperti, Prof. Yohanes Surya, Sekretaris KPA Nasional, Ibu Nafsiah Mboi dan Direktur WVI Trihadi Saptoadi. Sementara itu, Direktur World Vision, Trihadi Saptoadi menuturkan bahwa kedepan pihaknya telah berkomitmen untuk terus meningkatkan program bantuan pendampingan di Papua. “Kami akan terus membuka diri menjajaki kemungkinan untuk bermitra dan saling berbagai tanggungjawab serta sumber daya guna memastikan keberlanjutan program-program pemberdayaan yang dilakukan. Sudah saatnya kita membantu kerja sama agar terjadi percepatan dalam pembangunan masyarakat Papua,†akunya. Pada kesempatan itu, ia mengaku bangga telah melakukan pelayanan selama 30 tahun di Papua serta dapat berkontribusi dalam pembangunan manusia yang transformatif di Papua. “Kami merasa berhasil karena semua program yang kami lakukan telah menjadi bagian dan dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, walaupun WVI selalu dihadapkan pada pahitnya realita keterbatasan dana dan sumberdaya,†tandasnya.