Provinsi Papua memiliki potensi peninggalan arkeologi yang kaya jika melihat dari warisan kebudayaan nenek moyang bumi cenderawasih. Kekayaan potensi ini menyebabkan baru sebagian kecil saja, peninggalan arkeologi yang baru diteliti dan dikelola. Menurut Peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, Hari Suroto, salah satu kendalanya adalah kurangnya sumberdaya manusia yang berkualifikasi arkeologi.
Jadi, kendala saat ini adalah kurangnya SDM arkeolog di Papua, padahal wilayah paling timur di Indonesia ini memiliki potensi tinggalan arkeologi yang kaya, kata dia, Senin kemarin.
Bahkan menurut Hari, instansi pemerintah daerah yang menangani kebudayaan di Papua saja, sampai saat ini belum memiliki satu pun staf yang berkualifikasi arkeologi. Hal demikian berbanding terbalik dengan instansi kebudayaan di luar Papua yang rata-rata sudah memiliki staf berkualifikasi arkeologi.
Ya, ini menjadi kendala ya padahal disini ada situs cagar budaya yang harus dikelola dengan baik,â€kata dia. Kaitannya dengan masalah ini, tambah dia, untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut, pihaknya mengusulkan agar dibuka salah satu universitas di Papua yang menangani satu program studi arkeologi.
Dengan begitu, daerah ini dapat menelurkan para arkeolog-arkeolog muda untuk selanjutnya dapat mendukung tugas-tugas pemeliharaan situs di provinsi ini.
Ya mungkin pada tahap awal universitas di Papua bisa bekerjasama dengan salah satu universitas di luar Papua yang sudah lama memiliki program studi arkeologi sehingga bisa menyelenggarakan pendidikan arkeologi di Papua.
Saat ini kan di Indonesia, ada Universitas Indonesia Jakarta, Universitas Gadjahmada Yogyakarta, Universitas Udayana Denpasar dan Universitas Hasanuddin Makassar yang membuka program studi arkeologi. Dengan begitu harapan kita kedepan akan ada banyak anak asli Papua yang kuliah di program studi ini, harapnya.