Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua memprediksikan rencana Pemerintah menaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) bakal menambah jumlah orang miskin di Papua karena ikut berimbas pada naiknya harga pada sektor atau barang dan jasa lainnya.
Menurut Kepala BPS Provinsi Papua, Ir. JA. Djarot Soetanto,MM, apabila BBM jadi dinaikan maka akan menimbulkan multi player efek didalam kenaikan harga-harga komoditi Papua. Semuanya itu, lanjut dia, diawali dengan naiknya harga transportasi yang diikuti dengan meningkatnya harga jual komoditi, bahan makanan maupun jasa yang dijual kepada konsumen.
Jadi kenaikan BBM ini secara umum akan mengakibatkan bertambahnya orang miskin karena kenaikan BBM akibatkan kenaikan pula pada sektor-sektor lain. Dengan demikian kenaikan harga ini tentunya sangat dirasakan bagi golongan orang yang berpendapatan tetap dan orang miskin atau mendekati garis kemiskinan.
Orang itu kemungkinan akan berpindah dari yang tadinya tidak miskin menjadi miskin karena adanya tambahan beban pengeluaran bagi kebutuan konsumsinya, jelasnya , di Kantor BPS Papua, kemarin. Lebih jauh ia mengatakan, dengan bertambahnya pengeluaran tersebut maka mau tidak mau akan mengurangi konsumsi yang selama ini dilakukan oleh masyarakat. Itulah sebabnya, maka besar kemungkinan kenaikan BBM jika tanpa diimbangi oleh intervensi dari Pemerintah dengan memberi semacam subsidi langsung atau program lain dapat meningkatan jumlah warga miskin.
Sehingga Pemerintah dianggap perlu mengeluarkan semacam kebijakan yang menolong pada golongan masyarakat yang berpenghasian tetap, mendekati miskin atau miskin, apabila menaikan harga BBM. Sebab intinya, secara keseluruhan setiap kenaikan harga akan menambah jumlah orang miskin, cecarnya lagi.
Ditanya imbas terbesar dari kenaikan BBM apakah terjadi di daerah pegunungan atau pesisir, tambah Djarot, karena daerah perkotaan lebih sulit mencari subsitusi, maka imbas yang paling cepat terasa adaah di wilayah perkotaan. Karena di perkotaan itu kan untuk makan semua harus dibeli sedangkan di pedesaan kalau beras tidak ada mereka bisa subtitusi dengan ubi jalar, singkong atau sagu. Demikian juga untuk sayuran mereka tinggal mengkonsumsi dari ladang atau hasil hutan lain, tutup dia.