Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mengumumkan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tanggal 1 April 2012 lalu ternyata tidak memberikan pengaruh yang besar bagi Provinsi tertimur di Indonesia ini karena masyarakat sudah terbiasa menghadapi tingginya harga bahan pokok.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Ir. Djarot Soetanto,MM resistensi terhadap kenaikan BBM tidak memberikan dampak yang signifikan sebab harga barang- barang di Papua sudah memiliki label harga yang tinggi dibanding daerah lainnya di Indonesia.
Kalau di Papua ini kan kelihatannya orang sudah tidak terlalu terpengaruh dengan kenaikan BBM. Ini karena orang sudah menganggap biasa dengan harga yang tinggi, tutur Djarot disela-sela Berita Resmi Statistik, Senin (2/4). Hal lain dikemukakan Djarot, meski sejumlah barang mengalami kenaikan karena isu kenaikan BBM namun hak tersebut hanya terjadi dalam persentasi atau nilai yang rendah. Berbeda jika dibandingkan dengan di pulau Jawa, yang nilai kenaikannya meski sama dengan Papua namun memberikan dampak yang sangat besar.
Jadi memang di Papua juga mengalami kenaikan sebetulnya tapi jika contohnya naiknya seharga Rp1000 untuk harga gula hang dibagi Rp12 ribu, angka ini akan jauh berbeda dengan Rp 1000 jika dibagi Rp8000 ribu untuk harga gula di pulau Jawa. Dan kalau di Jawa itu kan Rp8000 kemudian naik Rp500 maka itu dianggap sudah cukup tinggi, kata dia. Ditambahkan dia, yang ditakutkan dari adanya rencana menaikan harga BBM adalah daya beli masyarakat yang lebih tinggi atau orang akan memborong kebutuhannya. Namun, untungnya di Papua selama bulan Maret kemarin tam ada orang yang memborong bahan makanan secara berlebihan karena beras walaupun mahal namun tetap tersedia di pasaran.
Tak hanya untuk bahan makanan, BBM yang direncanakan akan naik juga cukup tersedia dan tak banyak penimbun meski ada sejumlah yang dibawa keluar menuju negara PNG. Demikian juga untuk distribusi barang dari luar, jadi kebetulan di Papua telur tidak mengalami kesulitan, beras juga, bumbu-bumbuan juga. Sehingga pengaruh penurunan harga ikan itu mendorong rendahnya inflasi kita bulan ini.
Karena Yang tadinya saya kuatirkan adalah kalau di Papua ini distribusi barang karena adanya harapan akan naiknya BBM ini menjadi tidak ada atau langka. Ini yang saya kira akan dongkrak kenaikan inflasi di Papua. Tapi nyatanya bulan kemarin toh cukup aman dan beberapa barang bahkan ada yang stoknya sampai dua bulan ketahananya, tutup Djarot.