Faktor pendidikan di Papua masih menjadi program prioritas bagi pemerintah daerah untuk ditingkatkan dan dikembangkan karena sudah jadi rahasia umum bahwa Provinsi tertimur di Indonesia ini merupakan salah satu daerah tertinggal dalam hal mengenyam pendidikan, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman.
Meski begitu, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi serta Kabupaten/Kota se-Papua terus berupaya melalui berbagai terobosan untuk membangun dunia pendidikan. Namun, meski sejumlah program diterapkan hal yang tak kalah penting dan musti diperhatikan bahwa untuk pembangunan dunia pendidikan harus dimulai dari anak usia dini. Bila tidak maka, pembangunan dunia pendidikan tak akan berjalan maksimal dan bakal jalan ditempat.
Hal demikian sebagaimana dikatakan, Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran (P dan P ) Provinsi Papua, James Modouw, kemarin. Menurut James, kendati menilai pendidikan anak usia dini perlu dikedepankan, pihaknya prihatin karena jumlah anak usia dini yang mengecap pendidikan di Papua masih jauh dari harapan.
Untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), usia 4 – 6 tahun yang mengecap pendidikan baru mencapai 119.49 anak. Dalam artian jika diukur secara prosentase partisipasi anak usia dini ini di Papua, hanya 12,72% yang mengecap pendidikan atau masih rendah.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan agar para orang tua memperhatikan anak-anak mereka yang masih berada di usia dini untuk bersekolah. Sebab pendidikannya harus lebih didekatkan dalam jangkauan keluarga, kata dia. Hal lain yang menjadi masalah adalah, saat ini untuk anak Sekolah Dasar (SD) di Provinsi Papua baru sebanyak 145.13 siswa atau secara prosentase jumlah partisipasi anak usia 9 – 12 tahun ini hanya 69,46% atau hampir mendekati 70%, yang artinya sekitar 30% anak usia SD belum terlayani pendidikan, terutama mereka yang berada di daerah pegunungan.
Sementara untuk anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang rata-rata usianya mencapai 13-15 tahun, dari 483 lembaga SMP di Papua, baru 187.24 anak yang dapat bersekolah di tingkat ini atau partisipasi hanya sebanyak 51,26 %. Sedangkan untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dari 137 lembaga pendidikan setingkat SMA, hanya sebanyak 164.184 remaja yang bersekolah di SMA.
Yang dalam partisipasi hanya 27,61 % yang mengecap di bangku sekolah lanjutan atas ini. Tersisa 72% anak – anak di Papua yang belum dapat layanan pendidikan di tingkat ini. Sehingga jika melihat data pendidikan anak usia sekolah di Papua, ini menjadi tantangan terberat yang harus dilampaui untuk menuju ke tahun 2020 – 2032. Sebab sesuai dengan tujuan Dinas P dan P pusat bahwa untuk tahun 2020 – 2032, akan menghasilkan generasi emas Indonesia. Dan bila hal ini tidak dipersiapkan secara baik akan menjadi bumerang bagi kita, tutupnya.