Sejumlah Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik
Indonesia, Rabu (17/4) siang, melakukan kunjungan kerja di jayapura,
Provinsi Papua. Rombongan Anggota MPR RI yang dipimpin, Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan
Hamid tersebut, langsung disambut Gubernur Provinsi Papua Lukas Enembe,
bertempat di Sasana Krida Kantor Gubernur Dok II Jayapura. Kepada pers, Wakil Ketua MPR Ahmad Hamid mengatakan tujuan kunjungannya
ke Papua adalah dalam rangka untuk mengetahui serta melihat lebih dekat
(langsung) kawasan perbatasan di wilayah Skouw, Kota Jayapura.
Hal ini juga dilatarbelakangi oleh banyaknya masalah maupun tantangan
yang dihadapi masyarakat di daerah, yang mana kerap "terlupakan" dan
seolah-olah tak disentuh oleh pembangunan. "Untuk itu, saya mengajak warga Negara Indonesia senantiasa menjaga
kebersamaan sebagai wujud persatuan bangsa, khususnya di wilayah
perbatasan Papua dengan Papua Nugini (PNG)". Belum lagi sebagaimana kita tau bersama bahwa banyak tantangan yang
dimiliki daerah perbatasan dan bahkan sangat kompleks. Ada tantangan
mengenai kesenjangan ekonomi dengan negara tetangga, pendidikan yang
masih membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah pusat, hingga
kemungkinan adanya konflik sosial yang kadang bisa muncul antar warga
kedua negara sehingga ini perlu mendapat penanganan," kata dia
disela-sela pertamuan dengan Gubernur Papua.
Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini tantangan - tantangan yang terjadi
di daerah perbatasan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah
setempat, tetapi juga menjadi kepedulian bersama untuk kemudian
dicarikan solusi yang tepat bagaimana penanganannya. "Ya tentu saja
tantangan utama yang sering dihadapi masyarakat di daerah perbatasan
ialah terkait dengan kesenjangan kesejahteraan atau perekonomian
masyarakat setempat. Nah ini yang perlu kita carikan solusi dan upaya
maupun penanganannya. Sehingga kita bisa tekan kesenjangan itu dan
masyarakat di perbatasan bisa lebih sejahtera,"jelasnya. Ditambahkan dia, saat ini ketimpangan kesejahteraan masyarakat
perbatasan dengan negara tetangga memberi implikasi gerak perpindahan
penduduk antar negara. Dilain pihak, kesenjangan ini memunculkan
kerentanan jalur penyeludupan barang yang dapat merugikan bangsa.
Sehingga apabila kita kurang tanggap menyikapi dan memberi solusi, maka
hal-hal tersebut akan berpengaruh pada timbulnya eskalasinya yang
kemudian merembet pada persoalan keamanan di daerah perbatasan. Hal ini tentunya perlu kita hindari dan cegah sebab masalah keamanan
menyangkut persoalan kedaulatan negara. Oleh karena itu hal seperti ini
sebaiknya dihindari demi menjaga hubungan baik dengan negara-negara
tetangga. "Dan ini tentunya membutuhkan peran serta kita untuk dapat
meminimalisasi seluruh persoalan itu. Yaitu dengan menjaga semangat
persatuan dan kesatuan bangsa. Karena itu perlu kiranya kita menanamkan
kembali pesatuan dan kesatuan sebagai nilai-nilai luhur kehidupan
berbangsa dan bernegara di tanah ini," tutup dia