Sejumlah pegawai negeri SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Papua, Selasa (8/10) mendapatkan penyuluhan tentang upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Papua, yang disampaikan Sekertaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), drh Constant Karma selaku Sekretaris Daerah Provinsi Papua. Penyuluhan tersebut menekankan pada pentingnya sirkumsisi bagi kesehatan reproduksi. Dimana, sirkumsisi, kata Karma, bukan lagi berbicara pada konteks agama Islam atau Kristen. Juga bukan soal keselamatan untuk masuk di surga, tetapi merupakan satu kesehatan reproduksi. Contohnya masyarakat dari Tanah Toraja, mereka juga ada sirkumsisi yang dilakukan secara turun temurun dan gerejanya sama persis dengan gereja di Papua. Tetapi di Papua kan kita tidak. Nah ini yang kita coba bicarakan saat ini,â€tegasnya lagi.
Masih menurut dia, hal terpenting dan yang perlu diketahui masyarakat saat ini adalah dalam pencegahan epidemi HIV, sirkumsisi atau sunat merupakan salah satu cara yang mampu menghindarkan kita dari virus mematikan HIV. Ya kan dulu pernah dikatakan sirkumsisi bisa mencegah HIV/AIDS sampai dengan 60 persen, tetapi saat ini sudah mencapai 76 persen," jelasnya. Ditambahkan, meningkatnya data sirkumsisi ini merupakan penelitian terbaru yang dilakukan oleh lembaga AVAC. “Dulu saya juga pernah menjelaskan hal itu. Jadi Seluruh negara Arab Saudi, Mesir, Lybia, Yerusalem, Makedonia HIV-nya tidak ada (nol). Hal itu dikarenakan semua orang Yahudi sunnat. Saya bicara ini benar dan tidak basa –basi,â€katanya.
Sementara ditanya soal metode baru dalam sunat atau sirkumsisi dengan mempergunakan alat Prifex, Karma mengatakan belum dapat diterapkan di Papua dalam waktu dekat sebab harganya sangat mahal. Kita belum pesan karena mahal dengan harga pada kisaran 1 unit harganya 22 US$. Jadi bila termasuk dengan salepnya jika ditotal harganya sekitar 25 US$ per 1 unit dalam sekali pakai". Tapi untungnya alat ini sudah dipelajari oleh dr Donald Aronggear kepala Bedah RSUD Dok II Jayapura. Dan dalam jangka panjang alat ini bisa dipergunakan karena sangat efektif. Sebab alat ini memenuhi standar bedah modern artinya tidak perlu berdarah dan anastesi, juga tidak perlu dijahit. Dilakukan di tempat yang tidak steril sekalipun tidak apa – apa. Bahkan tidak mengeluarkan darah," tutupnya. Kegiatan penyuluhan tersebut, diawali dengan penjelasan serta pemutaran video atau film documenter yang memperlihatkan (maaf-red) gambar alat vital seorang pria yang sedang di sirkumsisi (sunnat-red). Acara tersebut ditutup dengan dialog dan makan bersama dengan seluruh staf Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Papua.