Wagub Buka Pelatihan Peningkatan Peran Media Dalam Pencegahan dan Penaggulangan HIV/AIDS di Papua
Jayapura-Wakil Gubernur Provinsi Papua, Drh. Constant Karma, Kamis (27/10) pagi, membuka Pelatihan Peningkatan Peran Media Dalam Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Papua, yang digelar di Rumah Makan Kuwera Lantai III, Jayapura.
Pada kesempatan tersebut, Karma mengemukakan bahwa sejak kasus HIV/AIDS di Papua ditemukan di Merauke tahun 1992, hingga kini penyebaran penyakit mematikan tersebut semakin mengkhawatirkan.
Menurutnya, saat ini, Papua tercatat memiliki jumlah kasus HIV/AIDS tertinggi di Indonesia. Dari data terakhir Dinas Kesehatan Provinsi Papuaper 30 September 2005 menyebutkan, bahwa angka HIV/AIDS Papua sebanyak2134 kasus dengan perinciannya sebanyak 1202 kasus HIV(+) dan 932 AIDS, 289 diantarannya sudah meninggal.
Lebih jauh dikemukakan Karma, satu hal yang lebih mengkhawatirkan adalah kasus HIV/AIDS terbanyak justru pada kelompok usia produktif antara 20 - 49 tahun atau sekitar 74,9 persen dan penularan HIV pada ibu rumah tangga sekitar 15 persen. Menyikapi angka kasus HIV/AIDS yang terus meningkat ini, lanjutnya, salah satu solusi untuk menekan makin meluasnya epidemi ini adalah menggugah kesadaran, menciptakan kepedulian, dan membangun komitmen semua komponen masyarakat pada masalah HIV/AIDS. Karena HIV/AIDS bukan hanya menjadi persoalan pemerintah dan segelintir orang di Papua. Tetapi, merupakan masalah dan tanggung jawab semua orang yang ada di tanah Papua.
Menurut Karma, kepemimpinan yang kuat di semua unsur dan tingkatan masayarakat, akan membawa pengaruh yang sangat signifikan pada upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. "Kepedulian seorang pemimpin pada masalah HIV/AIDS di tanah bukan saja sebatas kata-kata. Tapi harus tercermin pada komitmen pribadi dan konkrit. Thailand adalah salah satu negara yang berhasil menekan laju pertumbuhan HIV/AIDS. Hal itu disebabkan oleh karena adanya factor kepemimpinan yang kuat," jelasnya.
Selain itu, masalah krusial lain yang perlu disikapi cermat adalah masih adanya stigma dan diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), masih banyak terdapatnya para pemuka masyarakat yang secara lantang menyuarakan cara-cara penyelesaian penanganan ODHA yang bersifat diskriminatif. Sedangkan upaya atau tindakan mengkarantinakan ODHA, bukan merupakan satu solusi yang terbaik untuk menekan laju pertumbuhan virus ini. Hal yang terbaik adalah memberdayakan dan tidak mengucilkan ODHA, serta memberi kesempatan seluas-luasnya kepada mereka untuk hidup layak, karena ODHA juga manusia.
Menurutnya, salah satu pihak yang dibutuhkan kepeduliannya dalam menanggulangi maluasnya HIV/AIDS adalah media massa. Kelebihan media massa yang bisa menjangkau khalayak dalam jumlah besar, heterogen dan tersebar secara geografis, sangat dibutuhkan dalam penyebaran informasi tentang HIV/AIDS kepada masyarakat luas.
Pada kesempatan tersebut, Karma juga mengajak seluruh masyarakat Papua untuk bergandeng tangan untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tanah Papua. Sehingga dapat mewujudkan cita-cita masyarakat menuju hari depan masyarakat Papua berkualitas bebas HIV/AIDS dan Napza. "Seluruh orang Papua harus melakukan revolusi perilaku bila tidak ingin kasus HIV/AIDS terus meningkat. Dengan melakukan revolusi perilaku berarti kita bertanggung jawab pada diri sendiri dan masyarakat," harapnya.**