Baru saja Badan Ketahanan Pangan dan Koordinasi Penyuluhan bekerjasama dengan United Nations – World Food Programme berhasil mengembangkan profil geografis yang komprehensif terkait kerawanan pangan dan gizi di Papua.
Profil geografis itu disebut Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Provinsi – Provincial Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) yang dikembangkan di 11 kabupaten percontohan di wilayah ini. Meski antusias, Gubernur menyayangkan hasil produksi serelia (sereal atau biji-bijian) yang terlihat defisit (menurun) di sebagian besar distrik. Dimana dari 11 kabupaten percontohan FSVA, hal itu disebabkan oleh areal dan akses pertanian yang terbatas, khususnya di daerah pegunungan dan kepulauan.
Hal demikian dikatakan Gubernur Papua Lukas Enembe dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten Bidang Umum Sekda Papua, Rosina Upessy pada Lokakarya Pemanfaatan Hasil Peta Kerentanan dan Ketahanan Pangan/Food Security Vulnerability Atlas (FSVA) Provinsi Papua 2015, Selasa (16/2) di Hotel Aston Jayapura.
Dalam data FSVA juga menyebut angka kemiskinan menurun signifikan dari 37,5 persen pada tahun 2009 menjadi 28,2 persen di tahun 2015. Namun pada saat yang sama, masih terdapat 898 ribu penduduk Papua yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.
“Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan kondisi ketahanan pangan wilayah karena berbagai upaya pembangunan yang dilakukan oleh kita semua. Gambaran ini juga sejalan dengan kondisi kemiskinan Papua yang terus menerus berkurang secara signifikanâ€.
“Hanya sangat disadari masih sering terjadi permasalahan pangan di beberapa wilayah yang dipicu oleh perubahan iklim, distribusi pangan, gejolak harga, dan lain sebagainya. Sehingga kondisi ini perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari semua pihak terkait,†katanya.
Ditambahkan, pembangunan ketahanan pangan pada dasarnya memerlukan koordinasi yang mantap dan sinergis antara Provinsi dan Kabupaten/Kota. Oleh karenanya, pertemuan ini dipandang penting guna mewujudkan persepsi yang sama bagi seluruh pemangku kebijakan dan institusi dalam memanfaatkan informasi yang telah dijabarkan itu.
Sehingga pelaksanaan program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan kedepan, diharapkan lebih terarah dan terfokus dalam rangka pemenuhan pangan dan gizi serta peningkatan pendapatan masyarakat di pedesaan (kampung).
“Sehubungan dengan itu, pada kesempatan ini saya minta seluruh aparat yang menangani ketahanan pangan baik tingkat Provinsi maupun Kab/Kota, agar dapat mengoptimalkan kinerjanya di Bidang Ketahanan Pangan dengan memanfaatkan profilgeografis seperti FSVA Papua 2015 sebagai salah satu bahan penyusunan kebijakan di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota,â€imbau dia.