13Dec 05
- Uncategorized
- 3100 x dilihat.
Jayapura-Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Provinsi Papua, Drh. Constant Karma (CK) sekaligus sebagai Ketua Badan Narkotika Provinsi (BNP) Papua, Senin (12/12) sore, menggelar dialog interaktif tentang bahaya Narkoba dan HIV/AIDS di kalangan mahasiswa dan pelajar Kota Jayapura, yang bertempat di Auditorium Universitas Yapis (Uniyap) Dok V Jayapura. Kegiatan tersebut merupakan wujud dan bentuk kegiatan dalam rangka penaggulangan HIV/AIDS dan Narkoba bagi kalangan remaja atau generasi penerus bangsa yang berada di tanah Papua. Ditegaskan CK, saat ini di Papua tercatat memiliki jumlah kasus HIV/AIDS tertinggi di Indonesia. Data terakhir Dinas Kesehatan Provinsi Papua per 30 September 2005, menyebutkan angka HIV/AIDS di Papua mencapai 2134 kasus. Dengan perincian sebanyak 1202 kasus HIV (+) dan 932 AIDS, serta 289 diantarannya sudah meninggal. Ini merupakan angka yang mencengangkan sejak kasus HIV/AIDS pertama kali di Papua ditemukan di Kabupaten Merauke pada tahun 1992. Satu hal yang mengkhawatirkan adalah kasus HIV/AIDS terbanyak justru ada pada kelompok usia produktif (15-39 tahun), yakni sekitar 79 persen. Jumlah kasus HIV/AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun yaitu sebanyak 879 kasus, kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 530 kasus, dan kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 189 kasus. Epidemi HIV/AIDS di Papua menyebar dalam populasi umum (generalized epidemic), yaitu lebih dari 90 persen penyebarannya melalui hubungan seks. Melalui estimasi Dinas Kesehatan Provinsi Papua tahun 2003, kata CK, sebanyak 14.329 orang di Papua telah terinveksi HIV. Sekitar 68 persen pada populasi umum asli Papua dan 22 persen pada populasi umum non Papua. Sedangkan untuk kelompok masyarakat beresiko tinggi hanya sekitar 10 persen. Menurutnya, HIV/AIDS harus segera dicegah dan ditekan melalui perubahan perilaku dari setiap manusia. Virus mematikan tersebut, sampai dengan saat ini belum ditemukan penawarnya. Penyabaran penyakit ini, harus segera dicegah oleh berbagai komponen masyarakat yang ada. Dengan kata lain, masyarakat harus ikut berperan serta mensosialisasikan pesan penting bahaya HIV/AIDS yang dapat menimbulkan kematian. Hal ini harus segera dicegah bersama-sama, agar Papua dapat terhindar dari bencana Terkait dengan tema memperingati HAS di Papua saat ini yaitu?Stop HIV dan menempati janji.? Arti kata ini, lanjut Karma, mempunyai makna yang luas, yaitu, ?janji kepada diri sendiri, suami istri, dan Tuhan untuk setia kepada pasangannya. Kemudian janji untuk mengatakan tidak kepada seks bebas, dan janji untuk berperilaku seks yang baik. Dengan kata lain, penyebaran HIV diakibatkan oleh adanya perilaku seks yang tidak aman, berganti-ganti pasangan atau lainnya. Sehingga dengan tema ini, maka kita harus berkomitmen untuk berjanji kepada diri kita sendiri untuk tidak nekat membuat perilaku seks yang buruk yang akhirnya dapat mengancam diri kita sendiri,? jelasnya. Disamping itu, untuk tema local di Papua adalah kepemimpinan dan penaggulangan HIV/AIDS. Untuk itu, diharapkan di tahun-tahun yang akan datang agar semua pemimpin, baik pemimpin instansi, pemimpin perusahaan BUMN dan BUMD, para pimpinan adapt, agama, beserta para tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh perempuan, dan seluruh pimpinan yang ada, agar ikut membicarakan bahaya HIV/AIDS. Sehingga kedepan penyebaran penyakit ini akan dapat ditekan sesuai dengan harapan bersama. Narkoba Menimbulkan Kematian Terkait dengan bentuk penyalahgunaan Narkoba, kata CK, bahwa setiap jenis obat-obatan akan dapat membahayakan tubuh apabila pengunaannya tidak sesuai dengan aturan pemakaiannya. Efek obat terhadap tubuh manusia tergantung dari berbagai factor psikologis seperti kepribadian, harapan atau perasaan saat memakai yang mempengaruhi factor biologis seperti berat badan, kecendrungan alergi, dan lain-lainnya. Menurutnya, Narkoba membahayakan hidup dan masa depan, baik bagi pemakainya sendiri maupun bagi orang lain. Bagi si pemakai, selain tidak dapat hidup normal, juga akan dapat menghadapi kematian apabila dikonsumsi dalam jumlah yang banyak atau overdosis maupun disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti HIV/AIDS. Selain itu, para pemakai Narkoba biasanya akan menjadi beban bagi orang lain disekitarnya, mulai dari keluarga sampai kepada masyarakat luas. Hal ini harus benar-benar dicermati dan menjadi perhatian oleh seluruh lapisan maupun golongan masyarakat yang ada. Guna menekan angka penggunaannya sampai kepada pemberantasannya. Peredaran obat-obat terlarang di kalangan remaja, lanjutnya, dari hari ke hari semakin mengkhawatirkan. Hal ini dikarenakan, bahwa sasaran para pengedar kini bukan pada anak remaja atau orang dewasa saja, bahkan telah merasuki anak-anak sekolah dasar. Menurut Karma, kecenderungan untuk mengkonsumsi Narkoba oleh kalangan remaja disebabkan karena adanya rasa penasaran yang terkadang muncul apabila tidak mencobanya. Sebagian besar kalangan remaja beranggapan kuno atau kuper (kurang pergaulan) apabila menjauhi Narkoba. Namun, lanjutnya, langkah-langkah menghindari Narkoba adalah satu-satunya cara yang dapat menyelamatkan seseorang dari ancaman bencana. Selain itu, para remaja harus dibekali dengan pemahaman tentang sebab akibat dari penggunaan obat-obat terlarang tersebut. Sehingga, akan sangat kecil kemungkinan penggunaan Narkoba oleh para remaja. Menurutnya, seseorang baru akan sadar apabila telah berada dalam posisi ketergantungan Narkoba saat mereka berusaha untuk berhenti menggunakannya secara sengaja ataupun tidak disengaja. Dengan kata lain, para pemakai tidak akan dapat hidup secara normal dan bertingkah laku aneh serta menciptakan ketergantungan fisik psikologis pada tingkat yang berbeda-beda. ?Dengan demikian, ketergantungan obat atau kecanduan membuat si pemakai tidak dapat hidup tanpa obat, apabila hal itu terjadi kepada anak kita, maka hidup akan seperti di neraka,? jelasnya. Dikemukakannya, cara mudah untuk menolak kebiasaan mengkonsumsi Narkoba adalah dengan tidak mencoba atau memulainya sama sekali. Karena dengan mencoba, maka akan mengakibatkan ketergantungan seumur hidup pada obat-obatan terlarang. Untuk itu, pihaknya berharap ada peran serta dari seluruh masyarakat Papua untuk lebih proaktif berbicara tentang bahaya Narkoba. Dengan kata lain, masyarakat diharapkan ikut membantu Pemerintah mensosialisasikan bahaya Narkoba di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. ?Penyalahgunaan Narkoba yang semakin meluas akan dapat merugikan masyarakat di berbagai aspek kehidupan, mulai dari aspek kesehatan, ekonomi, sosial, hukum dan lain-lain. Untuk itu, saya harapkan ada peran serta dari seluruh komponen masyarakat Papua dalam upaya penanggulangan? harapnya.**