Jayapura-PEMERINTAH, DPRD dan Tokoh Masyarakat Yahukimo meminta semua pihak untuk melihat secara obyektif kondisi rakyat di daerah itu. Mereka meminta agar informasi yang dikembangkan media massa tidak di dramatisir. Apa yang terjadi di daerah bukan sebuah bencana kelaparan besar seperti yang sudah berkembang di opini publik bahwa puluhan bahkan ribuan masyarakat Yahokimo meninggal dunia karena tidak memiliki makanan.
Jumlah 55 orang yang dinyatakan meninggal merupakan jumlah kumulatif sejak September lalu. Mereka yang meninggal berada di lokasi yang berbeda-beda. ?Tidak benar bahwa 55 orang itu mati massal. Mereka juga meninggal bukan karena kelaparan tetapi ada komplikasi penyakit,?tegas Ketua DPRD Yahukimo, Didimus Yahuli di Dekei Ibukota Yahukimo kepada wartwan yang turut serta dalam rombongan Mengkokesra yang meninjau langsung kondisi masyarakat Yahokimo.
Penegasan yang sama juga dikemukakan Menteri Koordinator, Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie. Menurutnya, apa yang terjadi di Yahokimo bukanlan sebuah bencana kelaparan seperti yang diekspos berbagai media massa.
Mantan Menkoekuin yang turun langsung ke daerah Korupun dan Lolat yang dinyatakan sebagai daerah paling terparah, kemarin, mengatakan setelah melihat kondisi masyarakat disana ternyata hanya ada satu hingga dua orang saja mengalami kekurangan gizi.
Hal itu disebabkan, bahan pangan mereka yakni umbi-umbian yang belum bisa di panen dan kemungkinan besar gagal panen karena curah hujan yang begitu tinggi serta adanya hama yang menyerang tanaman rakyat disana.
?Dari hasil peninjauan di lapangan tadi ini disebabkan karena hujan yang terus menurus terjadi di daerah pengunungan. Namun tanama-tanaman yang ada disana itu banyak juga digerogoroti oleh hama. Yang kami lihat sebagian besar masyarakat itu bertanam umbi-umbinan, jangung yang belum bisa dipanen. Berarti masih ada bahan makanan yang masih dapat dimakan oleh masyarakat,?jelas Menkokesra saat tiba di Kantor DPRD Yahokimo,kemarin.
Pada kesempatan tersebut, Aburizal Bakrie menambahkan meski kondisi demikian, namun pemerintah tetap akan menangani persoalan masyarakat tersebut dengan mendirikan lumbung pangan sebagai tempat stok utama bantuan yang telah masuk guna didistribusikan ke masyarakat.
?Kemudian kalau habis itu harus diisi kembali, dan dinas sosial disini dapat memberitahukanya bila jumlah stok pangan sudah hampir habis langsung diisi baik dari Jakarta, maupun kabupaten lain dan Jayapura,?ungkap Ical.
Selain membangun lumbung pangan untuk menjadi pusat stok bahan pangan di daerah itu, Mengkokesra telah berkoordinasi dengan Menteri Pertanian Anton Apriantono untuk segera menurunkan tim penyuluh pertanian agar dapat mengadakan penyuluhan kapada masyarakat yang ada disini mengenai pertanian yang lebih maju. Sehingga pola bercocok tanam itu akan dirubah untuk jangka panjang, dari cara cocok tanam yang komvensional menjadi cocok tanamam yang lebih maju dan modern.
Sedangkan untuk menangani masyarakat yang menderita penyakit, pihak Kesehatan telah mendorong sejumlah petugasnya dari berbagai daerah di kabupaten yang ada di Papua untuk lebih dulu melakukan tindakan-tindakan pengobatan.
Menkokesra juga menambahkan dalam jangak pendek untuk mengatasi hubungan komunikasi maka pihaknya segera menyiapkan radio SSB di setiap kampung yang ada untuk mempermudah komunikasi. **