Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua, Ir. J. A. Djarot Soetanto, MM mengatakan diawal tahun 2006, harga komoditi-komoditi tertentu masih mengalami kenaikan. Hal ini memicu terjadinya kenaikan angka indeks dari 144,04 pada bulan Desember 2005 lalu, menjadi 145,03 pada bulan Januari 2006, sehingga di Kota Jayapura terjadi inflasi sebesar 0,69 persen.
Menurutnya, dari 45 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia, pada bulan Januari 2006 lalu, 40 kota IHK mengalami inflasi (kenaikan indeks) dan 5 kota IHK mengalami deflasi (inflasi negative) serta inflasi tertinggi terjadi di kota pangkal pinang sebesar 3,66 persen dan terendah di kota Sibolga (deflasi) sebesar -1,39 persen, sedangkan Kota jayapura berada pada urutan ke-31 di tingkat Nasional.
Kemudian untuk Kawasan Timur Indonesia (KTI) di 8 Kota IHK, inflasi tertinggi terjadi pada kota Gorontalo sebesar 2,57 persen dan terendah (deflasi) pada Kota Ternate sebesar -0,40 persen, sedangkan Kota Jayapura berada di urutan ke-3.
Dikatakan, inflasi yang terjadi di kota Jayapura pada bulan Januari 2006 adalah sebesar 0,69 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasioanal yang pada bulan ini sebesar 1,36 persen, dimana angka inflasi bulanan sama dengan inflasi tahun kelender. Sedangkan inflasi year on year (Januari 2006 terhadap Januari 2005) Kota Jayapura juga masih lebih rendah sebesar 14,26 persen dibandingkann dengan Nasional, yaitu sebesar 17,03 persen.
Selain itu, factor atau penyebab yang mempengaruhi terjadinya kenaikan harga barang atau jasa pada bulan Januari 2006, masih dipengaruhi oleh dampak kenaikan harga BBM, fluktuasi harga pada komoditi-komoditi tertentu terutama pada kelompok bahan makanan, adanya opini kenaikan gaji PNS/TNI maupun Polri, serta peringatan hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Adha 1427H, Tahun Baru Cina 2557 (imlek) dan Tahun Baru Islam 1428H. Kondisi ini, masih terbilang wajar karena stok kebutuhan barang dan jasa masih cukup tersedia dan juga kota-kota IHK lainnya yang secara umum pada bulan ini mengalami kenaikan angka indeks.
Djarot mengemukakan, inflasi Kota Jayapura di bulan Desember 2005, dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga yang cukup signifikan pada sub kelompok ikan yang diawetkan atau sebesar 4,31 persen, jasa perawatan jasmani 4,24 persen, sayur-sayuran 4,06 persen, padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya 2,30 persen, biaya tempat tinggal 1,75 persen, bumbu-bumbuan 1,20 persen dan sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 1,05 persen. Sedangkan sub kelompok yang dominant menahan laju inflasi atau penurunan angka indeks, yaitu sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya (-3,12 persen) serta sub kelompok sandang wanita (-1,02 persen).
Ditambahkan, andil komoditi yang dominan dalam membentuk inflasi Kota Jayapura pada bulan Januari 2006, antara lain sewa rumah, beras, bawang merah, tomat sayur, ikan bakar, bawang putih, daging babi, daun singkong, bayam, kelapa, sagu, teri, kangkung, kubis, sate, tariff gunting rambut pria, deho, mujair, cakalang asap, ekor kuning asap, ikan asin belah, susu bubuk, kecap dan komoditi air kemasan. Kemudian andil komoditi yang dominant menahan laju inflasi, yakni telur ayam ras, cabe rawit, cabe merah, minuman ringan, baju muslim, apel, minyak goreng dan selai.**