Mengapa komoditi hasil produksi pertanian di Papua tidak berkembang dengan baik ? Mengapa masih ada komoditi pertanian yang didatangkan dari luar Papua, padahal komoditi yang didatangkan juga diproduksi oleh para petani di Papua? Jawabannya sederhana, yaitu tidak ada pembeli yang mau menampung hasil komoditi para petani di Papua, baik oleh para pengusaha dan pihak Pemerintah Daerah, untuk kemudian dipasarkan dan dijual kembali.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dr. Abraham Werimon, M.Ed mengakui hal tersebut saat dikonfirmasi wartawan, Senin (06/02) diruang kerjanya.
Menurutnya, kendala yang dihadapi para petani dalam upaya pengembangan hasil komoditi pertanian di Papua, masih terkendala pemasaran. Sehingga hasil produksi dikemudian hari menjadi tidak maksimal oleh adanya berbagai kendala tersebut.
Disamping itu, adanya factor kendala transportasi di Papua, juga menjadi penyebab terhambatnya pemasaran hasil produksi petania.
"Jadi para petani juga berpikir untuk menghasilkan produksi dalam jumlah yang banyak, karena tidak ada pembeli yang mau memasarkan hasil produksinya. Kemudian, kendala lainnya adalah transportasi yang tidak lancar, menyebabkan para pembeli yang sebagian besar adalah para pengusaha, mendatangkan komoditi pertanian dari luar Papua, yang jauh lebih menguntungkan (mengeluarkan biaya yang lebih murah) dibandingkan dengan membeli dari para petani di Papua," akunya.
Dikatakan, untuk peningkatan produksi hasil komoditi pertanian masyarakat kedepan, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua, dalam Arah dan Kebijakan Umum (AKU) Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD) Tahun Anggaran (TA) 2006 Provinsi Papua, mengajukan 6 usulan program yang akan dibahas bersama-sama dengan DPRP nantinya.
Keenam program kegiatan tersebut, yakni peningkatan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan local dan eskport, peningkatan sarana dan prasaran pertanian untuk mendorong tersedianya pangan local, pengambangan usaha pertanian untuk mendorong peningkatan produksi mutu hasil dan distribusi hasil pertanian, serta peningkatan kualitas SDM tanaman pangan dan hortikultura untuk menjadi disseminator dan pelaku pembangunan PPH yang professional. Kemudian, peningkatan ketersediaan benih komoditas pertanian yang berkualitas untuk menjamin peningkatan produksi pertanian dan mendorong sector pertanian menjadi basis pengembangan dan daerah perbatasan dengan negara lain
Menurutnya, pengajuan anggaran yang diusulkan oleh dinas adalah sebesar Rp. 43.757.052.920 miliar, yang terbagi atas biaya langsung sebesar Rp. 29.540.405.720 miliar dan belanja tidak langsung sebesar Rp. 14.955.807.200 miliar. Kemudian untuk belanja langsung yang diusulkan, untuk pengerjaan interen dinas adalah sebesar 15.943.228.000 miliar, dan sebesar Rp. 13.604.177.720, untuk 4 Unit Pelaksana Tugas Daerah (UPTD) Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. Sedangkan untuk belanja tidak langsung yang dinas adalah Rp. 9.650.000.000 dan belanja tidak langsung di 4 UPTD sebesar Rp. 5.305.807.200
Ditambahkan, potensi komoditi pertanian lokal yang paling baik di Papua, khususnya didaerah pedalaman adalah buah merah. Namun, pengembangan komoditi tersebut masih jauh dari harapan, akibat terkendala pada pemasaran. Dengan adanya berbagai program kerja ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada para petani-petani di Papua. Disamping itu, pihaknya berharap agar Pemerintah Daerah dapat menjadi mediator untuk menampung hasil-hasil rakyat dan dijual keluar daerah, sehingga pengembangan hasil-hasil komoditi pertanian rakyat, dapat berkembang dengan baik.**