Jayapura-PEJABAT Gubernur Papua DR.Sodjuangon Situmorang, M. Si mengatakan bahwa temuan tumbuhan dan satwa hasil dari penelitian yang dilakukan Conservation International Indonesia (CII) bersama Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia (LIPI), Universitas Cebdrawasih (UNCEN) dan Balai Konservasi Suber Daya Alam Papua I di Pegunungan Mamberamo harus dijaga dan di identifikasi.
Gubernur sangat mengharapakan hasil temuan-temuan mereka baik flora maupun fauna yang di ambil dari alam Papua tidak diabaikan ?Jadi hasil-hasil dari temuan mereka jangan di abaikan, menurutnya sangat penting karena disamping menjaga ekosistem terjamin dan kehidupan para satwa juga terpelihara dengan baik? katanya.
penelitian yang dilakukan Conservation International Indonesia (CCI) bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Cendarawasih (UNCEN) Jayapura dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Papua berhasil menemukan spesies baru yang diantarannya adalah kangguru pohon mantel emas (Dendrolagus Pulcherrimus), lima jenis palem-paleman, burung hisap madu, serta penemuan kembali katak mata jarring (Nyctimystes fluviatilis) dan katak Xenorhina arboricola.
Penemuan kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus) merupakan hasil survei yang dinilai paling spektakuler dan membanggakan. Pasalnya salah satu mamalia yang berstatus hampir punah ini tercatat sebagai pertemuan pertama (first record) di wilayah Indonesia. Keberadaan spesies ini dilaporkan oleh Dr. Jared Diamond di Papua Nugini, pada tahun 1981 dan menjadi pembicaraan para ahli mamalia selama 25 tahun.
Secara umum observasi Rapid Assesment Program (RAP) di Kwerba dan Pegunungan Foya, Papua pada 9 November ? 9 Desember 2005, berhasil menemukan beberapa spesies yang baru bagi dunia ilmu pengetahuan serta kawasan hutan yang belum pernah dikunjungi manusia. Dari sekitar 24 spesies palem-paleman yang tercatat, sedikitnya terdapat lima spesies baru yang terdiri dari satu spesies pinang-pinangan, dua spesies rotan dan dua spesies palem Licuala.
Hasil tumbuhan (selain kelompok palem), masih memerlukan proses identifikasi lebih lanjut. Penelitian ini berhasil pula mengoleksi sekitar 780 percontohan tumbuhan yang fertile (memiliki buah dan bunga). Dalam kegiatan ini sedikitnya tercatat 550 spesies tumbuhan dan revisi awal menunjukkan paling tidak ada lima spesies tumbuhan yang baru.
Kemudian dalam kelompok kupu-kupu, berhasil mencatat sekitar 154 spesies di Kwerba. Angka tersebut jauh melebihi hasil penelitian sebelumnya di Dabra dan Marina Valen. Selain keanekaragaman jenis yang tinggi, spesies yang berhasil diamati di Kwerba pun berbeda dengan spesies yang diamati di Dabra dan Marina Valen. Lantaran cuaca, penelitian di Pegunungan Foya hanya berhasil mengamati 19 spesies, Namun sedikitnya tercatat empat kupu-kupu jenis Delias baru.
Pada kelompok herpet mencatat sekitar 30 spesies reptil dan 50 spesies katak. Hasil pengamatan yang menarik adalah penemuan kembali (rediscovery) katak, Nyctimystes fluviatilis, yang selama ini hanya diketahui dari dua spesimen yang dikoleksi di daerah Mamberamo. Tim herpet berhasil mencatat sekitar 20 spesies katak baru.
Sedangkan untuk kelompok burung berhasil mencatat sekitar 215 spesies burung baik melalui pengamatan langsung, mencatat suara burung maupun penangkapan dengan jaring kabut. Untuk pertama kalinya burung mandur dahi emas (Amblyornis flaviforns) berhasil diambil gambar di habitat aslinya, termasuk pengamatan bulu burung betina. Sekitar 110 tahun, burung ini hanya dikenal dan dideskripsikan oleh Lord Walter Rothchild pada 1895 dari dua burung awetan.
Selain itu, dalam peneliti burung juga berhasil menemukan kembali burung cenderawasih parotia. Spesies ini dianggap hilang karena selama ini tercatat hanya sebagai sub spesies tanpa ada keterangan mengenai habitatnya.
Penemuan yang paling menarik lainnya, satu spesies baru burung pengisap madu (Meliphagidae). Ini merupakan penemuan spesies burung baru di kawasan New Guinea (Papua dan Papua New Guinea) dalam jangka waktu 70 tahun.
Pada RAP kali ini berhasil mencatat sekitar 37 spesies mamalia. Hasil paling spektakuler adalah keberhasilan mengamati kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus). Keberadaan spesies ini di Pegunungan Foya telah menarik perhatian dan spekulasi ahli mammalia selama 25 tahun. Ini berarti spesies mamalia baru bagi Indonesia.
Hasil mengagumkan lainnya adalah penemuan landak Papua (Zaglossus sp) di Pegunungan Foya. Hasil analisa fosil menunjukkan bahwa paling tidak ada tiga spesies Zaglossus pernah hidup di New Guinea. Zaglossus bartoni (punah) yang pernah hidup di Pegunungan Tengah; Zaglossus attenboroughi (punah) yang pernah hidup dan merupakan spesies endemik Pegunungan Cyclops; Zaglossus buijnii (spesies yang masih hidup) yang terdapat dan merupakan spesies endemik Daerah Kepala Burung, sehingga besar kemungkinan Zaglossus yang diamati di Pengunungan Foya adalah spesies baru atau penemuan kembali (rediscovery) spesies yang dianggap telah punah.**